Listrik Ramah Lingkungan dari Mikroalga

Sabtu, 22 Oktober 2016 - 22:05 WIB
Listrik Ramah Lingkungan dari Mikroalga
Listrik Ramah Lingkungan dari Mikroalga
A A A
INDONESIA dan manusia di dunia yang mengalami krisis listrik terus mencari sumber terbarukan. Tak hanya baru, sumber listrik yang diharapkan juga ramah lingkungan. Tiga mahasiswa asal Indonesia mampu menjawab tantangan tersebut dengan menciptakan sumber listrik baru dari mikroalga, tumbuhan yang banyak ditemui di Indonesia.

Inovasi tiga mahasiswa dari Universitas Surabaya (Ubaya) ini, yaitu Yoanes Maria Vianney, Yoko Brigitte Wang, dan Go Melisa Gunawan, juga sangat ramah lingkungan. Tak mengherankan jika temuan ini dinobatkan sebagai juara pertama Olimpiade Sains Nasional Pertamina kategori Proyek Sains Tingkat Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

”Idenya kami ingin menciptakan alat penghasil listrik yang terbarukan, hijau, dan bersih. Tapi kita ingin juga memanfaatkan apa yang ada di alam,” ujar Yoanes seperti dikutip laman Ubaya.

Cara kerjanya cukup sederhana. Listrik yang dihasilkan berasal dari fotosintesis mikroalga yang diletakkan dalam sebuah wadah atau kompartemen. Fotosintesis adalah proses kimia pembentukan zat makanan yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama yang mengandung zat hijau (klorofil).

Nah, mikroalga adalah tumbuhan yang mempunyai zat hijau cukup bagus. Setelah fotosintesis terjadi akan dihasilkan oksigen, lalu diubah secara kimia menjadi listrik. ”Jadi listriknya bukan secara langsung, tapi melalui reaksi antarkarbon dengan mikroalga,” tutur Yoanes.

Semakin banyak wadah (kompartemen) yang digunakan akan semakin banyak listrik yang dihasilkan. ”Untuk satu kompartemen kecil itu, kita panen listrik 1,5 volt atau setara baterai,” kata Yoanes.

Namun Yoanes mengatakan agar terus bisa menghasilkan listrik, mikroalga tersebut harus selalu hidup alias tidak mati. Yoanes dkk pun menemukan, agar tetap hidup, mikroalga itu perlu diberi panas dan cahaya.

Ciri mikroalga yang masih hidup dapat dilihat dari warnanya. Jika warna masih hijau, mikroalga tersebut masih hidup, tetapi jika warnanya berubah kuning, mikroalga itu telah mati. Jika mendapat panas yang cukup, mikroalga akan berfotosintesis untuk menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan dalam reaksi kimia penghasil listrik.

Yoanes dan timnya menyadari cara unik tersebut belum pernah diterapkan di Indonesia. Ide tentang teknologi ramah lingkungan ini muncul saat dia mengamati ilmu dasar penghasil listrik dari mikroba di Eropa. ”Beberapa negara sudah menerapkannya. Hanya kami memanfaatkan sumber daya alam yang lebih kaya di Indonesia ini,” ujarnya.

Yoanes menuturkan, mikroalga memiliki banyak kelebihan karena proses pembelahannya sangat cepat sehingga pengembangannya sangat mudah. Jika mampu dibuat dalam skala besar, proses ini akan menjadi semacam pembangkit listrik ramah lingkungan. ”Setidaknya ada bangunan mandiri sumber listrik dengan memanfaatkan mikroalga ini,” ungkapnya.

Energi listrik dari mikroalga yang diberi nama Nannochloropsis oculata dalam katoda sel volta merupakan jenis sumber energi ramah lingkungan. Proses penghasilan listriknya pun memiliki banyak manfaat lain. Hasil fotosintesisnya saja dapat membantu mengurangi karbondioksida (CO2) di lingkungan sekitar. Selain itu proses reaksi lainnya juga bisa menghasilkan air (H2O) yang tidak berbahaya.

”Senyawa kimia ini tidak berbahaya karena hanya menghasilkan air,” ungkap Yoko. Tidak hanya itu, inovasi ini juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biosolar.

Go Melisa Gunawan menjelaskan, penelitian ini dilakukan dalam waktu sekitar tiga bulan. Kesulitan utamanya adalah membuat model awalnya agar lebih efisien. Tim tersebut menghabiskan dana sekitar Rp1,5 juta-3 juta untuk menciptakan model tersebut.

Inovasi ini memang tampak sederhana dan hanya memanfaatkan tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia. Ketiganya mengaku dalam proses menciptakan temuan ini juga memikirkan perihal ramah lingkungan dan yang bersentuhan langsung dengan alam.

Selain itu, tumbuhan yang mereka teliti untuk menghasilkan listrik banyak ditemukan di lautan Indonesia. Mereka berharap temuan ini bisa menjadi awal bagi penemuan sumber listrik terbarukan.

PT Pertamina (Persero) menggelar Pertamina Olimpiade Sains (POS) untuk menggali potensi inovasi para pemuda Indonesia. POS melombakan dua kategori, yakni kategori proyek sains dan kategori teori. Pada ajang tersebut, ada sekitar 15 tim yang bersaing untuk kategori proyek sains dan 73 tim untuk kategori teori. Tim dari Ubaya ini berhasil mengalahkan tim dari Universitas Brawijaya yang meraih posisi kedua dan Universitas Indonesia di peringkat ketiga.
(poe)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5819 seconds (0.1#10.140)