All New Nissan X-Trail 2.5 CVT Tangguh, Irit, dan Menyenangkan

Jum'at, 06 Januari 2017 - 07:20 WIB
All New Nissan X-Trail 2.5 CVT Tangguh, Irit, dan Menyenangkan
All New Nissan X-Trail 2.5 CVT Tangguh, Irit, dan Menyenangkan
A A A
PERFORMA All New Nissan X-Trail 2.5 CVT memang luar biasa. Tak hanya nyaman di jalan mulus, mobil ini sangat enak dikendarai di medan terjal. Pada jalanan ekstrem di pegunungan, ketangguhan X-Trail pun tak diragukan.

Pagi itu, sekitar pukul 06.00 WIB, cuaca cukup cerah untuk memulai perjalanan jauh. Dari kawasan Pondok Aren, Banten, Tangerang Selatan, saya berpetualang ke Magetan, Jawa Timur. Saya mengajak keluarga untuk menjajal kehebatan X-Trail dalam menaklukkan kerasnya jalanan di Pulau Jawa.

Mengendarai X-Trail paling anyar ini bukan kali pertama. Saat mobil ini baru diboyong ke Tanah Air, saya pernah menikmati keperkasaannya dengan rute Banyuwangi ke Bali pada Oktober 2014. Setahun kemudian, di sela-sela meliput Tokyo Motor Show 2015, saya juga sempat mencicipi X-Trail versi Hybrid sebelum masuk ke Indonesia. Meski sudah cukup akrab, saya masih saja takjub dengan mobil SUV medium ini.

Secara wajah, tak ada yang meragukan kegagahan dan keelokan X-Trail generasi ketiga ini. Semua pasti sepakat, X-Trail keluaran baru ini lebih dinamis dan anggun dibanding dua generasi sebelumnya yang tampak kaku dan cenderung kotak. Kesan premium juga terpancar dari mobil ini.

Kesan mewah langsung terasa begitu membuka pintu mobil. Material kulit yang berwarna hitam menambah ekslusivitas. X-Trail memang ditaburi berbagai fitur mobil mewah. Salah satunya, setelan kursi depan yang serba elektrik. Tinggal menggerakkan tombol, kita bisa menyetel kursi sesuai keinginan kita.

Membuka dan menutup pintu bagasi belakang juga serba otomatis. Nissan telah membenamkan fitur canggih hands free (touchless) back door system yang membuka secara otomatis hanya dengan menyentuh tombol di dashboard, intelligent key, atau sentuhan kecil pada sensor di panel pintu bagasi.

Mobil ini juga dilengkapi around view monitor yang bisa memantau 360° dari atas mobil dengan empat kamera yang ditampilkan bentuk split screen close-up pada monitor. Fitur ini sangat membantu kita saat memarkir kendaraan.

X-Trail generasi ketiga ini punya nilai lebih dibanding kompetitornya seperti Honda C-RV dan Mazda CX-5 terutama tambahan bangku belakang (7-seater). Meski sebuah SUV, bukan berarti tidak bisa dipermak menjadi mobil keluarga. Saya menyulap bangku belakang menjadi tempat tidur mini untuk anak-anak. Meski tidak terlalu lapang, tapi cukup bagi dua anak saya yang berusia 5 dan 7 tahun untuk berbagi tidur. Dan di bangku tengah, separuhnya digunakan menyimpan barang bawaan dan sisanya bisa dipakai satu penumpang. Seandainya saja bangku tengah bisa ditidurkan tentu akan makin menambah kenyamanan.

Selesai mengatur posisi duduk, saya langsung memencet tombol Start/Stop. Suara mesin pun langsung menderu. Suasana sejuk pun memenuhi seluruh isi mobil begitu tombol AC pun dipencet. Mobil pun melaju begitu pedal gas diinjak. Tarikan pertama begitu responsif.

Saya bertambah percaya diri karena mobil ini dibekali oleh fitur-fitur keamanan, seperti active ride control, active engine brake, anti-lock braking system (ABS), dan vehicle dynamic control. Belum lagi teknologi dual SRS airbags serta konstruksi bodi yang mampu meredam benturan ketika terjadi tabrakan. Meski begitu, saya benar-benar tidak mau membuktikan kecanggihan fitur-fitur keamanan itu.

Matahari belum tinggi saat mobil melaju ke arah Tol Cikampek. Tapi, kondisi jalanan cukup padat. Jalan yang ramai tak mengurangi keasyikan perjalanan. Di dashboard, telah ditanam berbagai fitur hiburan dengan layar sentuh lebar dan gambar yang jernih disertai suara audio yang sangat bagus.

Menjelang Tol Cipali, jalanan mulai lengang. Di sinilah, performa SUV pabrikan Jepang ini benar-benar teruji. Berbekal mesin berkapasitas 2.488cc, X-Trail sangat enak diajak ngebut dan bermanuver (fun to drive). Bukan hal yang sulit bagi Nissan Rogue (nama lain X-Trail) untuk mencapai kecepatan lebih dari 180 km per jam dalam waktu singkat.

Yang menarik adalah konsumsi BBM-nya cukup irit, kisaran 11-17 km/liter. Teknologi transmisi otomatis Xtronic yang membuat X-Trail bertenaga besar tapi tetap hemat apalagi kalau menggunakan mode eco.

Setelah melewati tol Cipali dan Brebes, pukul 12.00 WIB sampai ke kawasan Tegal. Setelah istirahat sekitar 1 jam, mobil terus digeber melewati jalur pantura ke arah Pemalang, Pekalongan, hingga Batang. Perjalanan sempat terjebak macet selama dua jam lebih di kawasan Alas Roban. Lalu, menjelang Magrib kami sampai di Semarang. Kami masih bisa menikmati keindahan pemandangan pegunungan di Tol Bawen sebelum masuk Kota Salatiga. Pukul 19.00 WIB, kami berhenti di Boyolali untuk makan malam.

Jalan Curam dan Berkelok

Perjalanan malam tetap menyenangkan karena penerangan X-Trail sangat bagus. Setelah melewati kota Solo dan Karanganyar, kami mulai memasuki area Gunung Lawu yang memiliki ketinggian 3.265 meter. Jalan mulai menanjak dan berkelok-kelok. Tenaga X-Trail yang melimpah dengan mudah melahap tanjakan maupun turunan yang curam dan berkelok-kelok di Gunung Lawu. Pemandangan cukup menyeramkan karena perjalanan melewati hutan yang sepi, gelap dan berkabut. Anak-anak tetap tidur pulas di bangku belakang. Mereka sama sekali tak terganggu dengan kondisi jalanan yang begitu curam.

Hatiku lega setelah berhasil melewati medan yang ekstrem itu. Sekitar pukul 23.30 WIB, kami sampai di Magetan. Tiga hari cukup rasanya melepas kerinduan masa kecilku di sana.

Saat pulang, kami mengambil rute yang sedikit berbeda. Berangkat pukul 10.00 WIB, saya kembali membelah ’’keperkasaan’’ Gunung Lawu. Berbeda saat datang yang semuanya gelap dan menyeramkan, kini pemandangan hutan terasa begitu indah dan menyenangkan dalam pancaran matahari. Kami melaju ke Yogyakarta. Setelah beberapa hari menikmati keramahan Kota Gudeg, kami meneruskan kembali perjalanan ke Jakarta. Tapi sebelum itu, kami sempat mengunjungi salah satu keajaiban dunia, Candi Borobudur, di Magelang, Jawa Tengah.

Kali ini kami mencoba lewat jalur alternatif, yakni Jalan Daendels Pantai Selatan ini terletak di Karang Sewu, Kulon Progo. Jalan ini menghubungkan empat wilayah di Selatan yakni Kota Bantul, Purworejo, Kebumen dan Cilacap. Hanya butuh beberapa jam untuk sampai ke Petanahan Kebumen, apalagi jalannya lurus dan bagus. Kami sengaja tidak lewat Cilacap, tapi berbelok ke arah Kebumen dengan tujuan ke Bumi Ayu hingga ke Brebes untuk selanjutnya lewat Tol Cipali lagi.

Awalnya baik-baik saja. Namun, jalan ke arah Bumi Ayu ternyata rusak berat hingga terjebak macet berjam-jam di sana. Lagi-lagi, jalan rusak bukan masalah bagi X-Trail yang memiliki ground clearance 210mm dan suspensi yang bagus. Apalagi, X-Trail sangat mudah diajak menyalip dalam jarak yang terbatas. Perjalanan tetap mengasyikkan.

Kemacetan panjang di Bumi Ayu akhirnya terbayar dengan menikmati lezatnya santapan sate dan tongseng kambing saat istirahat di sana. Setelah Brebes dan masuk Tol Cipali dan Cikampek, perjalanan lancar hingga tiba kembali di Pondok Aren.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8867 seconds (0.1#10.140)