Keren, Mahasiswa UNS Ciptakan Prototipe Robot Pencari Korban Bencana

Sabtu, 07 Maret 2020 - 10:45 WIB
Keren, Mahasiswa UNS Ciptakan Prototipe Robot Pencari Korban Bencana
Keren, Mahasiswa UNS Ciptakan Prototipe Robot Pencari Korban Bencana
A A A
MAHASISWA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta telah menciptakan prototipe robot pencari korban bencana untuk membantu tim evakuasi bekerja secara cepat. Kondisi lingkungan yang berbahaya di sekitar bencana menjadi satu di antara faktor terciptanya robot ini. Robot ini dilengkapi dengan mikrofon dan speaker agar dapat berkomunikasi antara tim evakuasi dan korban bencana.

Bencana merupakan suatu kejadian yang tidak diduga-duga datangnya. Bencana bisa terjadi kapan dan di mana saja, yang dapat melukai seseorang. Meskipun bencana dapat diprediksi akan datang, namun waktu pastinya tidak dapat ditentukan.

Sebagai negara rawan bencana, Indonesia telah mengalami beberapa kali bencana mulai dari tanah longsor, gempa bumi, gunung berapi meletus, tsunami, dan sebagainya. Bencana ini menimbulkan banyak korban luka-luka hingga meninggal dunia.

Berkaca dari kejadian di atas, mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) UNS menciptakan sebuah robot pencari korban bencana. Mahasiswa tersebut adalah Syaifullah Filard Latifah, Nada Syadza Azizah, dan Taufik Widyastama.

“Latar belakang pembuatan robot ini ada beberapa faktor seperti bencana alam itu kan kita tidak tahu kapan terjadi dan bagaimana keadaannya,” kata Syaifullah.

Saat terjadi bencana, hampir setiap orang di wilayah tersebut disibukkan dengan kegiatan evakuasi. Tidak jarang juga tim evakuasi mengalami kekurangan relawan karena banyak korban yang perlu diselamatkan.

“Persiapan untuk melakukan evakuasi juga membutuhkan waktu, butuh pemasangan tenda, masalah perizinan, hingga alat-alat yang disediakan untuk membantu evakuasi,” tambahnya.

Syaifullah menambahkan bahwa di selang-selang persiapan tim evakuasi, banyak korban bencana yang butuh pertolongan segera karena menyangkut nyawa manusia. Hal ini membuat mahasiswa itu menciptakan mesin yang dapat dikontrol dari jarak jauh menggunakan remote control. Tujuan menggunakan remote control ini juga untuk memberikan rasa aman kepada pengguna selama berada di area bencana.

Berawal dari bangku kuliah, Syaifullah bersama dua rekannya memutar otak untuk menghasilkan produk brilian ini. Inovasi dengan misi penyelamatan ini memberikan manfaat yang luar biasa besar bagi masyarakat luas.

“Ide muncul sebenarnya pas perkuliahan saya ini tentang proyek reaktif, mahasiswa diberi kesempatan untuk memasuk sebuah proyek atau sebuah kerja inovatif inspiratif dari sebuah ide atau permasalahan yang ada,” katanya.

Syaifullah menceritakan bagaimana timnya ingin membuat sesuatu yang berbeda. Banyak robot kontrol seperti kapal dan drone yang telah dibuat oleh sebagian besar orang. Akhirnya dia berpikir tentang robot yang dapat digunakan untuk membantu orang lain saat terjadi bencana dan terciptalah prototipe robot pencari korban bencana.

Mesin ini menggunakan teknologi sederhana yang sering dipakai pada perangkat elektronik lainnya. Pencipta robot pencari korban bencana menggunakan teknologiinternet of things (IoT) sebagai kontrolnya.

“Sebenarnya robot ini bekerja dengan beberapa sensor dan ini digerakkan dari jarak jauh. Robot ini bisa dikatakan menggunakan teknologi IoT berbasis internet yang bisa dikontrol dari jarak jauh tanpa harus pengguna datang ke titik korban berada,” tambah mahasiswa UNS.

Syaifullah mengungkapkan, alasan penggunaan remote control dibanding sifat robot autonomus karena pengguna dapat menentukan titik-titik pencarian korban secara fleksibel. Dia menambahkan, mikrofon dan speaker pada robot dapat digunakan untuk berkomunikasi.

“Kenapa kita menggunakan remote control karena juga agar penyelamatan robot lebih baik. Salah satunya ada mikrofon dan speaker dalam robot yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan korban jika korban bisa berkomunikasi,” katanya.

Syaifullah menuturkan, penggunaan mikrofon dan speaker juga dapat mempercepat proses analisis bahwa yang ditemui adalah manusia, hewan, atau benda mati. Kontrolnya juga menggunakan IoT berbasis internet, bukan menggunakan radio.

Dalam misi penyelamatan, tidak sedikit korban yang tertimbun reruntuhan bangunan. Ini menjadi tantangan bagi Syaifullah dan tim untuk mengembangkan robot yang lebih canggih.

“Ini masih prototipe. Korban tertimbun cukup susah ditembus dengan sensor ultrasonik atau termal. Bisa, namun tidak efektif. Bisa juga menggunakan sonar dan sebagainya,” tambahnya.

Robot ini memiliki bentuk seperti tank dengan roda berbentuk rantai. Alasan pemilihan bentuk ini adalah robot dapat menyusuri segala medan. “Dibentuk seperti tank karena dapat menyusuri segala medan yang ada, mau bergunduk, mau curam, becek, dan sebagainya tetap bisa jalan,” katanya.

Syaifullah dan tim belum mengajukan karya ciptaannya ke pihak kampus sehingga belum mendapat dana bantuan dari pihak kampus maupun pemerintah melalui program kreativitas mahasiswa (PKM). Mereka masih mengambil dana pribadi untuk membeli bahan pembuat robot.

Ke depan Syaifullah berharap dapat menciptakan robot yang mampu bekerja di darat, air, dan udara dengan tujuan rescue and searching. Hal ini sangat berguna bagi tim evakuasi maupun relawan yang tidak dapat menjangkau titik bencana karena terlalu bahaya atau terlalu dalam ketika di laut.

“Membuat jaringan robot yang bisa berkomunikasi satu sama lain misalnya robot saya kan darat, kemudian robot drone yang berguna untuk meluaskan sinyal dan melihat keadaan di darat melalui sensor yang ada, dan robot di bawah (darat) bisa leluasa mengitari area yang diperluas itu,” kata Syaifullah. (Fandy)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7413 seconds (0.1#10.140)