Aplikasi InfoWatch Bantu Majikan Memata-matai Ponsel Karyawan

Rabu, 22 Juni 2016 - 03:35 WIB
Aplikasi InfoWatch Bantu Majikan Memata-matai Ponsel Karyawan
Aplikasi InfoWatch Bantu Majikan Memata-matai Ponsel Karyawan
A A A
MOSKOW - Hati-hati jika bergunjing di ponsel soal kantor terutama tentang bos Anda. Sebuah perusahaan keamanan di Moskow, Rusia, sukses mengembangkan teknologi yang memungkinkan perusahaan menguping panggilan telepon selular (ponsel) di tempat mereka.

Teknologi yang dikembangkan InfoWatch ini, legal di Rusia dan akan dipasarkan ke semua pelanggan, terutama bank, instansi pemerintah dan lainnya, yang mencoba mencegah kebocoran informasi rahasia.

“Teknologi ini telah digunakan oleh dinas rahasia atau militer di negara-negara tertentu. Dan terobosan kami adalah menerapkan mereka (teknologi) untuk keamanan perusahaan,” kata Natalya Kaspersky, CEO InfoWatch, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (21/6/2016).

Meski bertujuan memerangi spionase industri, namun aplikasi kembangkan InfoWatch menuai perdebatan global terkait privasi. Bahkan, di beberapa negara, InfoWatch dan kliennya berisiko mendapat gugatan para pekerjanya yang menolak gagasan dari sang bos untuk memantau panggilan mereka.

“Teknologi ini bisa menjadi bola panas bagi setiap perusahaan yang berusaha melindungi rahasia komersial. Bahkan ini dapat memicu klaim pengadilan,” ujar Petr Gorodetskiy, seorang analis di Gartner Research.

InfoWatch sendiri menyebut teknologi ini tidak mengenal kompromi soal privasi. Karena screening awal dilakukan oleh komputer yang menganalisa panggilan dan memindai mereka dalam sebuah kata kunci.

Nah, InfoWatch menyatakan teknologi ini bisa memantau saluran komunikasi lain, seperti telepon, e-mail, aplikasi file sharing, pesan singkat, Skype, bahkan melacak apa saja yang disimpan di memori ponsel. Termasuk mencegat pesan dari layanan seperti Whatsapp dan enskripsi data.

Lanjut InfoWatch, mereka telah menjual teknologi ini kepada operator nirkabel VimpelComLtd, Austria Raiffeisen Bank International AG, dan raksasa migas Rusia, Gazprom. Berkat teknologi ini, InfoWatch memperoleh pendapatan 1,1 miliar rubel atau setara USD17 juta, sebagian besar dari layanan Traffic Monitor yang berbiaya USD3.000 untuk 100 komputer untuk versi dasar.

Nama Natalya Kaspersky sendiri bukan hal asing di dunia pemindai. Bersama mantan suaminya, Eugene Kaspersky, mereka telah menciptakan perusahaan anti-virus Kaspersky Lab pada 1997.

Menariknya, InfoWatch mengatakan tidak hanya perusahaan Rusia dan bekas Uni Soviet saja yang berminat terhadap teknologinya, Indonesia dan negara-negara Timur Tengah telah menyatakan minatnya untuk membeli. Permintaan dari klien untuk memantau ponsel atas nama kebocoran rahasia telah menjadi pendorong mereka mengembangkan produk ini untuk dipasarkan secara luas. Namun, InfoWatch belum menetapkan berapa harga layanannya.

Kehadiran InfoWatch membuat bisnis pencegahan kebocoran data menjadi sengit. Gartner Research memperkirakan pada tahun 2020, teknologi ini akan meraup uang hingga di atas USD1 miliar.

Selain InfoWatch, Symantec Corp dan Raytheon Co, juga menawarkan pemantauan dan solusi perlindungan untuk jaringan data perusahaan. Tetapi Kaspersky optimistis akan memenangkan persaingan karena sebagai produk pertama yang melakukan pemantauan ponsel.

Hal lainnya, negara-negara Eropa Barat memiliki kendala soal masalah privasi dan hukum yang bisa menjadi penghambat mereka. Sementara di Rusia, pekerja kerap menandatangani kesepakatan yang memungkinkan pengusaha untuk memantau kegiatan mereka di tempat kerja. Bank sentral Rusia pada Mei lalu, mulai memonitor panggilan ponsel pribadi karyawan di tempat kerja bersama dengan e-mail, pesan instan dan removable media.

“Mengabaikan potensi kebocoran data membuat akan tidak profesional. Dan kami punya semua saluran di bawah kontrol, jadi kami profesional,” tegas Kaspersky.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8777 seconds (0.1#10.140)