Arsitektur Masjid Perancis, Meriem Chabani: Gagal Mencerminkan Keragaman

Kamis, 15 Juni 2023 - 07:46 WIB
loading...
Arsitektur Masjid Perancis, Meriem Chabani: Gagal Mencerminkan Keragaman
Masjid Agung Paris: Gagal mencerminkan keragaman? Foto/Ilustrasi: MINA
A A A
Arsitek dan pengajar pada Ecole Nationale Supérieure d'Architecture Paris-Malaquais, Meriem Chabani, mengatakan arsitektur masjid Prancis gagal mencerminkan keragaman komunitas Muslim Prancis .

"Arsitektur masjid di Prancis sebagian besar tetap dipengaruhi oleh tempat asal populasi Muslim imigrannya, yang mengkonsolidasikan citra Islam sebagai sesuatu yang asing bagi Prancis, bukan sebagai bagian yang sah dari lanskap keagamaan nasional," tulisnya dalam artikel berjudul "Hidden Mosques, Quiet Atrophy" yang dilansir laman E-flux.

Masjid Prancis yang dapat dengan mudah dan dikenal publik cenderung mengubah kode arsitektur Islam yang ditemukan di Afrika Utara, dengan Masjid Agung Paris dan Masjid Agung Strasbourg sebagai contoh yang paling menonjol.



Titik Tandingan

Islam telah menjadi bagian integral dari Prancis sejak abad kedelapan. "Sepanjang sejarah dan proyek kolonialnya, Islam telah berfungsi sebagai titik tandingan, yang memungkinkan identitas Prancis berkonsolidasi dalam hubungannya dengan 'yang lain' yang berbeda ini," tulis Meriem Chabani.

Menurutnya, diperkirakan 5 juta orang Muslim yang tinggal di Prancis saat ini. "Mereka ini jelas membutuhkan dan pantas mendapatkan tempat ibadah," ujar Penerima penghargaan LafargeHolcim 'Next Generation' Award untuk Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2014 ini.

Hanya saja, katanya, iklim politik seputar pendirian masjid, termasuk pembatasan tingkat negara bagian atas pendanaan publik di semua tempat ibadah, membuat prosesnya berlarut-larut dan penuh dengan tantangan.

Menurutnya, unsur-unsur arsitektur yang dianggap 'karakteristik' arsitektur masjid cenderung diperdebatkan dan dipertanyakan kapasitasnya untuk menyesuaikan diri dengan bangunan perkotaan setempat.



Selain itu, visibilitas Islam dan Muslim di Prancis dikonstruksikan, di tingkat negara, sebagai “masalah” keamanan dan kegagalan kebijakan integrasi.

Dengan tujuan mengurangi visibilitas salat, maka para pejabat lebih memilih pendirian ruang salat yang tersembunyi daripada pembangunan masjid.

"Namun ruang-ruang tersebut biasanya tidak mencukupi, dengan kapasitasnya yang terbatas terkadang mendorong penggunaan jalan sebagai ruang alternatif untuk salat," ujarnya.

Ini memberikan bukti lebih lanjut kepada para kritikus tentang “masalah visibilitas” Islam, yang hanya semakin menghambat pengembangan solusi yang dapat melayani kebutuhan tidak hanya komunitas Muslim, tetapi juga kota-kota Prancis secara keseluruhan.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5126 seconds (0.1#10.140)