Biaya Interkoneksi Turun, Operator Tak Selalu Rugi

Kamis, 18 Agustus 2016 - 08:02 WIB
Biaya Interkoneksi Turun, Operator Tak Selalu Rugi
Biaya Interkoneksi Turun, Operator Tak Selalu Rugi
A A A
JAKARTA - Revisi biaya interkoneksi setiap dua tahun sekali selalu jadi polemik dan menimbulkan reaksi. Salah satunya karena kekhawatiran operator akan mengalami kerugian. Padahal, menurut pengamat ICT Ibrahim Kholilul Rohman, hal itu tidak selalu terjadi.

Dalam analisa yang di paparkan di Jakarta, Senin (15/8) lalu, Ibrahim menyebut bahwa setiap penurunan 1% tarif akan berdampak kenaikan trafik 40%. “Ada manfaat yang jauh lebih besar dimana konsumsi masyarakat terhadap layanan telekomunikasi akan meningkat," bebernya.

Perubahan biaya interkoneksi memang selalu menimbulkan reaksi. Utamanya bagi operator dominan atau pemain incumbent. Interkoneksi atau layanan komunikasi suara antar operator (off-net) dinilai sangat berpengaruh terhadap biaya yang harus dikerahkan untuk marketing, investasi dan operasional, bahkan tarif ritel (harga yang dikenakan ke pelanggan).

Biaya interkoneksi yang saat ini terbilang mahal dianggap merugikan operator asal panggilan dan menguntungkan operator tujuan panggilan. Namun jika diturunkan tarifnya, maka operator tujuan panggilan yang disebut-sebut “lebih besar” justru dirugikan dan membuat operator yang “lebih kecil” malas untuk melakukan investasi untuk menunjang layanannya.

”Dampaknya adalah munculnya persaingan yang tidak sehat yakni perang tarif dan sebagainya. Padahal pembangunan jaringan komunikasi di Indonesia masih belum merata,” tutur Ibrahim.

Pihak Kominfo memang telah menyelesaikan perhitungan biaya interkoneksi pada 2016 yang menghasilkan penurunan secara rata-rata untuk 18 skenario panggilan dari layanan seluler dan telepon tetap sebesar 26%. Perhitungan baru memangkas tarif interkoneksi untuk panggilan lokal seluler dari Rp250 per menit menjadi Rp240 per menit mulai 1 September 2016.

Ibrahim menilai bahwa pasar Indonesia elastis. Banyak pengguna yang masih sensitif soal harga, sehingga penurunan biaya akan mendorong pengunaan telepon. “Untuk kualitas layanan konsumen juga sangat loyal, bahkan rela mengganti operator demi kualitas yang lebih baik. Jadi harusnya operator harus lebih berfokus pada layanan on-network,” katanya.

Selain itu, turunnya pendapatan biaya interkoneksi akan diikuti dengan turunnya beban interkoneksi yang harus dibayar. Karena itu, menurutnya, operator tak perlu takut rugi.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6838 seconds (0.1#10.140)