Pemain Besar Teknologi Kembali ke Indonesia

Minggu, 09 Oktober 2016 - 07:07 WIB
Pemain Besar Teknologi Kembali ke Indonesia
Pemain Besar Teknologi Kembali ke Indonesia
A A A
INDONESIA memiliki putra-putri terbaik di kancah dunia. Mereka berprestasi dan mempunyai pengaruh penting di sejumlah perusahaan besar di luar negeri. Salah satunya adalah Sukan Makmuri.

Di dunia startup, nama Sukan Makmuri bukan sosok asing. Segudang pengalaman dalam perkembangan startup dan IT di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS), membuat Sukan menjadi figur teladan di industri digital.

Sukan, menyelesaikan pendidikan S2 di Stanford University dan Rice University Amerika Serikat (AS), merintis karier di industri startup dan IT. Ia juga sempat menjadi adjunct professor dan konsultan untuk menyalurkan passion-nya dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Didasari kecintaan pada pekerjaan dan industri yang digeluti di Negeri Paman Sam, Sukan tidak pernah terpikir kembali ke Indonesia. Hal ini juga didorong mengingat usaha ayah dan ibu Sukan yang dulu sampai harus menjual rumah untuk membiayai pendidikannya di Amerika, demi kelangsungan dan keamanan masa depan. Karena itu, Sukan merasa harus memaksimalkan apa yang diberikan oleh orangtuanya untuk berkarya sampai sukses di Amerika.

Namun pada Juli 2012, ada hal yang bisa mengubah pikiran Sukan untuk kembali ke Indonesia. Dino Patti Djalal, duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat di tahun itu, melaksanakan Kongres Diaspora Indonesia di Los Angeles menggandeng komunitas diaspora Indonesia dari seluruh dunia untuk kemajuan bangsa.

Kongres tersebut dihadiri oleh para diaspora, perwakilan pemerintah Indonesia, dan perwakilan komunitas dunia usaha, termasuk Chairul Tanjung. Sukan menyatakan bahwa Chairul Tanjung menyampaikan hal yang membuka matanya untuk kembali ke Indonesia karena berkaitan dengan peningkatan GDP dan perekonomian Indonesia yang pesat dalam beberapa tahun ke depan.

Pada Agustus 2012, Sukan kembali ke Indonesia dan bertemu dengan Martin Hartono, CEO GDP Venture (founder forum komunitas online terkemuka di Indonesia, KasKus), yang pada awalnya tidak ia kenal. Selama hampir setahun, Sukan “berkencan” dengan Martin Hartono dan timnya, yang membawa keputusan bahwa Sukan siap bergabung dengan KasKus.

Sukan menyatakan dirinya tergerak untuk kembali berkarya di Indonesia dengan melihat KasKus sebagai identitas komunitas di Indonesia, dan Grup Djarum yang menaunginya adalah grup yang sangat jelas mencintai Indonesia, memiliki integritas tinggi, dan pemain penting digital di Indonesia.

Pada awal bergabung September 2013, ia menduduki posisi COO (chief operating officer) KasKus. Selanjutnya, Sukan diangkat menjadi CEO pada Desember 2013, sementara Ken Dean Lawadinata sebagai komisaris.

Selama di KasKus, Sukan menyebarkan best practices dari Silicon Valley dan membawa KasKus ke tingkat berikutnya. Namun, pada akhir 2014, Sukan harus kembali ke AS karena ada urusan pribadi yang harus diselesaikan. Dengan berat hati, Sukan berpamitan dengan Martin Hartono dan tim KasKus. Ia tidak berjanji kapan bisa kembali ke Indonesia dan bergabung dengan KasKus.

Selama dua tahun kembali ke Amerika, Sukan masih meneruskan passion dalam memberikan mentoring untuk startup di Silicon Valley dan Indonesia. Salah satu tantangan kebanyakan startup adalah kemampuan untuk mengerti target pemakai dan pola tingkah laku mereka.

Menurutnya, teknologi hanyalah fasilitator, tapi kesuksesan sebuah startup tergantung pada kemampuan untuk mengerti pain points/titik kesulitan para konsumen dan solusi yang kita berikan kepada mereka.

Pada saat meninggalkan KasKus, Sukan sempat merencanakan untuk membentuk Paypal Indonesia dengan menargetkan pada masyarakat kota. Setelah pivot dua kali, pendekatan terakhir berdasarkan pada model bisnis WeChat di China, di mana orang bisa membayar peer-to-peer dan busi ness-to-consumer via aplikasi messenger.

Pada Agustus 2016, Sukan berkunjung ke Indonesia dan sudah dalam proses untuk merealisasikan mimpinya dengan konsep yang matang dengan pendanaan awal dan Series A dari investor yang sudah siap.

sukan makmuri
Namun, dalam perjalanan Sukan dipertemukan dengan Albert Lucius, CEO KUDO, sebelum kembali lagi ke Amerika untuk bernegosiasi dengan Facebook dan WhatsApp sebagai partner dalam bisnisnya. Saat itu, Albert memaparkan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini OJK tidak mengeluarkan izin yang diperlukan untuk perusahaan seperti PayPal Indonesia, dan tanpa izin tersebut perusahaan akhirnya akan ditutup.

Sebelum bertemu dengan Albert, Sukan sempat mendengar mengenai KUDO dari salah satu rekannya yang sudah sukses berpengalaman dalam beberapa startup, yang mendengar speech Albert di Silicon Valley. Dia mengabarkan Sukan, bahwa KUDO memiliki salah satu bisnis model yang terhebat di Indonesia, karena KUDO memberikan solusi yang tepat untuk potensi pasar yang belum dimanfaatkan oleh bisnis model lainnya, yaitu masyarakat pedesaan.

Pada September 2016, Albert berhasil mengambil hati Sukan untuk kembali berkarya di perusahaan Indonesia dengan bergabung bersama KUDO sebagai CTO (chief technology officer). Berdasarkan pemaparan Albert, Sukan melihat KUDO menawarkan sesuatu hal yang unik pada pasar di Indonesia, yaitu memberikan akses belanja online bagi masyarakat Indonesia yang belum memiliki akses internet dan rekening bank.

Sukan melihat potensi yang besar untuk bisnis model online to offline yang dimiliki KUDO dengan jaringan agennya yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia. Atas pemikiran bahwa para pengguna aplikasi KUDO adalah “bos”, KUDO akan selalu mencari tahu cara terbaik agar mereka memiliki pengalaman yang memuaskan dalam menggunakan aplikasi KUDO. Sehingga, mereka bisa menyebarkan pengalamannya dari mulut ke mulut, sampai “kecanduan” menggunakan KUDO. Hal ini seperti masyarakat modern, yang sangat tergantung dan “kecanduan” dengan Google, Facebook, dan media sosial lainnya.

Menargetkan masyarakat pedesaan, yang jarang dituju oleh pemain raksasa, Sukan menganggap hal ini sebagai perlindungan bisnis KUDO. Saat ini, KUDO telah memberdayakan lebih dari 160.000 masyarakat produktif di Indonesia untuk menjadi pengusaha digital.

Sukan optimistis bahwa sebagai pelopor platform e-commerce dengan bisnis model online-to-offline yang memiliki target pasar yang unik dibandingkan dengan pemain lain, KUDO juga dapat mencapai target untuk memberdayakan 1 juta pengusaha digital Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1447 seconds (0.1#10.140)