News Aggregator Ambil Alih Fungsi Twitter Sebagai Pemberi Informasi

Kamis, 01 Desember 2016 - 17:20 WIB
News Aggregator Ambil Alih Fungsi Twitter Sebagai Pemberi Informasi
News Aggregator Ambil Alih Fungsi Twitter Sebagai Pemberi Informasi
A A A
JAKARTA - Ketika orang mulai mengenal Internet, keingintahuan akan segala hal informassi dipuaskan dengan mengakses berbagai macam laman. Perkembangan menjadikan banyak media sosial (medsos) bertumbuh, citizen journalism pun berkembang dan semua orang bisa membuat berita, berbagi cerita dan mempublikasikannya di medsos.

Medsos pun bertumbuh dan berkembang, sebut saja Facebook dan Twitter yang cukup “tua” dalam usia sebelum adanya Instagram, Path, Pinterest dan sebagainya. Twitter semula cukup disukai karena mampu memberikan informasi cepat dan tak bertele-tele.

Namun dalam perkembangannya, Twitter mulai ditinggalkan follower-nya dan mereka beralih ke Instagram yang nyaris serupa dengan Twitter. Di 2016 ini, Twitter semakin terpuruk dengan batalnya sejumlah investor antara lain Apple dan Google yang semula berniat membeli medsos tersebut.

Twitter dianggap stagnan dan lambat dalam mengembangkan fitur-fiturnya. Kematian Twitter tampaknya tinggal tunggu waktu. Hal sama sebetulnya pernah terjadi pada medsos yang lebih dulu muncul ketimbang FB yakni Friendster. Friendster sempat booming di 2002 kemudian mencoba bangkit lagi dan akhirnya Juni 2015 lalu, menyatakan diri “pause”.

Karakter yang pendek, membuat follower Twitter agak kesulitan mengunggah komentar atau bertutur tentang sebuah kejadian. Namun, 140 karakter ini juga bisa menjadi hal yang sangat berguna dan viral, manakala berisi informasi penting seperti gempa, potensi tsunami, kebakaran, kecelakaan dan sebagainya.

Tak heran apabila akun-akun yang ada di dalam Twitter, umumnya adalah akun-akun instansi atau lembaga-lembaga layanan publik seperti PLN, PDAM, Telkom, BMKG dan sebagainya. Sebab yang dibutuhkan memang menyampaikan informasi penting dalam kata atau kalimat singkat. Tak heran apabila konten dalam Twitter adalah konten yang serius.

Anak muda pun mulai meninggalkan Twitter antara lain karena keterbatasan ruang posting dan kekakuan konten. Selain itu, perkembangan zaman menjadikan visualisasi seperti meme dan video klip lebih menyenangkan dan paling dicari.

Hadirnya news aggregator sebagai penyedia konten berita dan informasi di platform Android dan iOS, membuat orang juga semakin meninggalkan Twitter. Sebab, dengan notifikasi dari para news aggregator seperti Baca, Kurio, UC News dan Shortir, para pencari informasi tinggal mengakses notifikasi tersebut, yang akan membawa ke link media massa pembuat berita.

Tak hanya berita dan berbagai informasi, news aggregator seperti Baca misalnya, menyajikan segala hal yang disukai anak muda, mulai dari video klip musik, film, game dan banyak lagi lainnya yang mengedepankan visualisasi dan hiburan. Hal ini dikatakan dalam keterangan resminya, Kamis (1/12/2016).

Popularitas news aggregator dibanding Twitter semakin hari semakin terdapat jurang yang lebar. Seperti berdasarkan riset Baca yang di Indonesia selama setengah tahun (Februari-Juni 2016) telah mendapatkan empat juta pengguna baru sedangkan Twitter hanya dua juta pengguna.

Hal ini dikarenakan Baca sebagai news aggregator memiliki keunggulan-keunggulan seperti:
1. Menyajikan berita dari sumber terpercaya yakni media massa terkemuka di Indonesia. Baca juga bisa mem-block informasi bohong.
2. Menyajikan konten yang tepat. Baca sebagai news aggregator menganalisis kebiasaan pembaca dan memberikan berita dan informasi yang sangat menarik minat pembaca. Pembaca tak perlu mencari informasi menarik melalui News Feed layaknya yang ada di Twitter.
3. Baca memberikan informasi yang berhubungan dan berguna bagi kehidupan pembaca. Dalam sehari, setidaknya pembaca Baca menghabiskan rata-rata waktu membaca hingga 40 menit. Ini berarti bahwa konten-konten berita dan informasi yang ada di Baca, sangat menarik bagi pembaca. Sedangkan di Twitter, orang tak membutuhkan waktu lama untuk membaca posting-an karena sifatnya instan dan tak ada artinya.

Tiga hal tersebut di atas, tak bisa diberikan oleh Twitter. Pelan tapi pasti, news aggregator akan menggantikan Twitter dan menggalang follower-nya.
(dol)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9946 seconds (0.1#10.140)