Indonesia Jadi Surga Peretas

Selasa, 14 Februari 2017 - 22:01 WIB
Indonesia Jadi Surga Peretas
Indonesia Jadi Surga Peretas
A A A
JAKARTA - Era teknologi yang semakin maju bagai dua mata pisau. Jika digunakan dengan benar akan memberikan nilai positif bagi kemajuan dan perekonomian suatu negara. Namun, jika digunakan secara tidak bertanggung jawab dapat menjadi ancaman yang serius terutama bagi generasi muda.

Menurut Akamai report, Indonesia telah menjadi surga bagi para penjahat cyber sejak 2013 lalu. Di tahun yang sama, Telematika Sharing Vision menyampaikan hasil penelitiannya bahwa Indonesia mendapat 42.000 serangan dunia maya per hari.

Data 2016 menunjukkan dari 1.627 kasus yang ditangani Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya pada 2016, 1.207 kasus atau sekitar 70% merupakan kasus kejahatan dunia maya atau cyber crime.

Siapakah mereka? Belum ada data resmi dari Kepolisian Republik Indonesia atau instansi berwenang lainnya yang menyebutkan siapakah para peretas yang menggunakan fasilitas internet di Indonesia itu. Namun sejak 2012–April 2015, Subdit IT/Cyber Crime menangkap 497 orang tersangka kasus cyber crime, 389 orang di antaranya merupakan warga negara asing, dan 108 orang merupakan warga negara Indonesia.

Menurut Technical Consultat PT Prosperita – ESET Indonesia, Yudhi Kukuh, menemukan siapa yang bertanggungjawab di balik sebuah kejahatan cyber sangatlah sulit.

"Tapi, kami menemukan makin banyak data yang menunjukkan pelaku cyber crime berasal dari Indonesia. Hal tersebut dikemukakan menyusul temuan penyebaran malware Remote Access Trojan lokal di Indonesia secara terbuka melalui beberapa forum lokal," ujarnya, dalam keterangan pers, Selasa (14/2/2017).

Pelaku menjajakan berbagai program RAT dengan harga yang cukup terjangkau. Penjualan malware Remote Access Trojan di forum lokal untuk disiarkan segera
Kejahatan cyber di Indonesia polanya mirip dengan kejahatan narkoba.

Jika dulu Indonesia hanya menjadi sasaran kejahatan cyber, dengan besarnya jumlah pengguna internet yang kini mencapai 88,1 juta pengguna (data APJII), Indonesia telah berubah menjadi sarang pelaku kejahatan cyber.

“Sejak akhir 2016 kami sudah memprediksi kemunculan banyak malware lokal, terlebih lagi dengan mudahnya orang mendapatkan script yang disebar secara cuma-cuma atau diperjualbelikan dengan harga yang murah di dunia bawah tanah atau dark web menjadi salah satu pemicu semakin maraknya kejahatan siber di Indonesia. Temuan ini semakin menguatkan prediksi itu,” lanjut Yudhi.

Dia berharap seluruh pihak, baik pemerintah, korporasi maupun lapisan masyarakat bersama-sama melakukan gerakan “Sadar Kejahatan Cyber”. Pemerintah melakukan kampanye anti kejahatan cyber bagi masyarakat terutama orang tua agar anak-anak mereka terlindung dari kejahatan cyber dan lebih jauh lagi tidak terlibat dalam kejahatan cyber.

"Bagi korporasi harus memiliki program edukasi yang jelas dan berkala untuk setiap personel terkait keamanan data." katanya.

ESET sebagai salah satu pengembang antimalware terus mengedukasi berbagai lapisan masyarakat yang aktif menggunakan perangkat untuk memastikan seluruh perangkat yang terhubung ke dalam jaringan sudah menggunakan antimalware. Begitu pula setiap mailserver harus sudah terlindungi dari spam dan
malware. Keamanan cyber saat ini telah menjadi keharusan.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8673 seconds (0.1#10.140)