Berebut Pasar e-Commerce Asia Tenggara, Lebih Rp332 Triliun di 2020

Jum'at, 31 Maret 2017 - 15:42 WIB
Berebut Pasar e-Commerce Asia Tenggara, Lebih Rp332 Triliun di 2020
Berebut Pasar e-Commerce Asia Tenggara, Lebih Rp332 Triliun di 2020
A A A
SINGAPURA - Bisnis e-commerce kian legit, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Melansir dari CNBC, Jumat (31/3/2017), pasar e-commerce di kawasan ini diproyeksikan mencapai USD25 miliar atau setara Rp332 triliun (estimasi kurs Rp13.319/USD) pada tahun 2020.

Bahkan bisa jadi angkanya lebih dari perkiraan tadi. Pasalnya, kawasan Asia Tenggara memiliki penduduk lebih dari 600 juta jiwa. Keunggulan lain adalah pesatnya pembangunan infrastruktur meski memiliki ragam bahasa dan peraturan berbeda di masing-masing negara.

Gurihnya pasar e-commerce ini, membuat pemain-pemain global kepincut untuk masuk. Salah satunya Amazon yang begitu berkibar di Amerika Serikat. Pekan lalu, mereka berhasil meletakkan sang pemilik, Jeff Bezos menjadi pengusaha kedua paling tajir sedunia, menyingkirkan singgasana Warren Buffett.

Bila bisa masuk dan sukses ke Asia Tenggara ini akan menambah pundi-pundi Amazon. Kedatangan mereka pun membuat dominasi Lazada Group “terusik”. Sejak empat tahun meluncur, perusahaan e-commerce asal Jerman yang berkantor pusat di Singapura kini menjadi penguasa. Bahkan mereka dijuluki sebagai “Amazon dari Asia Tenggara”.

Kabar kehadiran Amazon membuat perang pasar e-commerce di Asia Tenggara semakin sengit. “Saya pikir setelah mereka ada di sini, kami bisa mulai khawatir tentang mereka,” ujar CEO Lazada, Maximilian Bittner kepada CNBC.

Untuk memperkuat basis mereka, baru-baru ini, Lazada menggandeng kemitraan dengan raksasa consumer goods Unilever. Simbiosis mutualisme ini akan membantu menumbuhkan kategori dan produk kepada konsumen.

Selain itu, pada tahun lalu, Lazada menggandeng kemitraan dengan Alibaba. Perusahaan e-commerce asal China itu menyuntikkan dana USD1 miliar (Rp13,3 triliun) dan menjadi pemilik saham terbesar di Lazada.

Untuk menghadapi pertempuran di Asia Tenggara, menurut TechCrunch, Amazon baru-baru ini membuka kantor di Singapura. Bahkan mereka akan meluncurkan kehadirannya pada kuartal I 2017. Hanya saja Amazon menolak berkomentar soal rencana bisnis mereka di kawasan ini.

Raksasa teknologi yang berbasis di Seattle, Negara Bagian Washington, AS, memiliki pendapatan tahunan lebih dari USD100 miliar dan ditasbihkan sebagai perusahaan yang perkembangannya paling cepat di dunia. Amazon pun melakukan eskpansi internasional, seperti meluncurkan layanan prima di China yang bersaing dengan Alibaba.

Tidak hanya itu, Amazon juga menginvestasikan dana USD3 miliar ke India untuk membangun kerajaan bisnis di sana. Dan paling baru, juga ingin ekspansi ke Australia yang kabarnya paling lambat dilakukan tahun depan.

Menghadapi ambisi Amazon, saat ini, Bittner mengatakan sedang fokus membawa konsumen baru ke ekosistem Lazada. “Tujuannya agar kemitraan kami dengan Alibaba bisa memperluas akses dan menambah pengalaman,” ujarnya.

Selain sudah punya dua mitra besar: Alibaba dan Unilever, Bittner mengatakan pengalaman empat tahun memimpin Amazon di Asia menjadi bekal untuk kunci keberhasilan Lazada di masa datang. “Kesuksesan kami di semua pasar adalah menemukan formulasi yang tepat dari bermacam-macam kebutuhan konsumen dan kami fokus membangun apa yang dibutuhkan mereka,” katanya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9931 seconds (0.1#10.140)