Komputer Mulai Ditinggalkan, Hackers Cari Cara Susupi Perangkat Mobile

Kamis, 02 November 2017 - 12:26 WIB
Komputer Mulai Ditinggalkan, Hackers Cari Cara Susupi Perangkat Mobile
Komputer Mulai Ditinggalkan, Hackers Cari Cara Susupi Perangkat Mobile
A A A
JAKARTA - Perubahan dalam kebiasaan penggunaan internet dan sikap acuh tak acuh terhadap keamanan perangkat digital menjadi perhatian dari Kaspersky Cybersecurity Index. Survei terbaru Kaspersky Lab menunjukkan sejumlah indikator dirancang untuk mencerminkan perubahan perilaku pengguna internet dan risiko yang akan dihadapi.

Pada paruh pertama tahun 2017, indeks menunjukkan bahwa pengguna semakin mobile. Bahkan pengguna lansia juga menghadapi peningkatan bahaya online dan terjadi penurunan jumlah pengguna yang dilindungi oleh solusi keamanan.

Kaspersky Cybersecurity Index didasarkan pada hasil survei online pengguna internet di seluruh dunia yang dilakukan dua kali setahun oleh Kaspersky Lab. Penelitian menemukan fakta bahwa pengguna modern semakin jarang menggunakan komputer untuk aktivitas online-nya, tetapi lebih memilih menggunakan perangkat mobile.

Sebagai contoh e-mail, di mana 78% pengguna mengakses akun surat elektronik dari komputer. Jumlah tersebut jelas berkurang dari enam bulan sebelumnya yang masih mencapai 87%. Sebanyak 67% melakukan akses dari perangkat mobile atau meningkat dari 59% di paruh kedua tahun 2016.

Sedangkan jumlah pengguna yang menggunakan perangkat mobile untuk belanja online telah meningkat menjadi 50% dari 41% dibandingkan enam bulan sebelumnya. Sementara pengguna belanja online dari komputer mengalami penurunan dari 80% menjadi 75%. Kecenderungan ini diamati di sebagian besar jenis aktivitas online yang dipantau di indeks.

Selain itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir jumlah rata-rata perangkat per rumah tangga menunjukkan sedikit penurunan -terutama karena berkurangnya jumlah komputer per rumah tangga. Saat ini, rata-rata rumah tangga memiliki 6,2 perangkat yang terhubung ke internet dibandingkan dengan 6.3 pada semester dua tahun 2016.

Pada saat bersamaan, jumlah pengguna yang dilindungi juga menunjukkan penurunan. Pada akhir 2016, hanya 39% responden yang tidak melindungi semua perangkatnya. Kini ada 41% pengguna yang mengaku tidak memiliki perlindungan sama sekali.

Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa pengguna semakin sering menggunakan perangkat mobile-nya. Padahal perangkat mobile sering tidak memiliki perlindungan dibandingkan dengan komputernya.

Ini adalah tren yang berbahaya karena pengguna menghadapi risiko saat menggunakan perangkat mobile. Semakin sering mereka menggunakannya untuk aktivitas online, maka semakin tinggi risikonya.

"Terlepas dari usia dan pekerjaan pengguna, fokus kehidupan digital mereka semakin beralih ke perangkat mobile, pengguna mempercayakan rahasia, file, informasi rahasia, uang dan banyak hal lainnya ke dalam perangkat mobile miliknya. Namun penjahat dunia maya tidak tinggal diam dan merubah taktik mereka untuk semakin sering melakukan penyerangan ke platform mobile," ungkap Andrei Mochola, Head of Consumer Business di Kaspersky Lab, dalam keterangan resminya, Kamis (2/10/2017).

Sejak awal 2017, database Kaspersky Lab telah mendaftarkan lebih dari 20 juta objek berbahaya yang menargetkan perangkat Android. Saat ini pengguna Android menghadapi program ransomware yang dapat mengenkripsi data pengguna di ponselnya dengan permintaan imbalan untuk tebusannya; Malware yang bertujuan mencuri uang dari aplikasi mobile banking; dan halaman web phishing yang dirancang untuk mendapatkan akses terlarang ke akun pengguna, misalnya di jejaring sosial.

Akibatnya, selama periode waktu analisis, setiap empat (27%) responden melaporkan bahwa mereka telah menjadi korban kejahatan dunia maya, di beberapa jenis perangkat digital. Meskipun jumlah rata-rata pengguna yang terpengaruh tersebut telah menurun selama 6 bulan pertama tahun ini, penurunan ini hanya terjadi kepada responden yang memiliki solusi keamanan terpasang di perangkat mereka.

Pengguna lansia (55 tahun atau lebih) mendapati diri mereka berisiko lebih tinggi pada semester I 2017. Sementara di semester II 2016 hanya 12% pengguna di usia tersebut yang melaporkan menghadapi ancaman online. Pada semester satu ada 19% pengguna yang melaporkan bahwa mereka berhadapan dengan beberapa jenis malware.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9587 seconds (0.1#10.140)