Kisah Hikmah : Ahli Ibadah dan Bayi yang Bisa Berbicara

Minggu, 19 November 2023 - 16:23 WIB
loading...
Kisah Hikmah : Ahli Ibadah dan Bayi yang Bisa Berbicara
Kisah seorang ahli ibadah Juraij dan bayi yang bisa bicara ini sarat hikmah, terutama pentingnya memprioritaskan amal yakni mendahulukan perintah yang wajib sebelum yang sunah. Foto ilustrasi/ist
A A A
Suatu ketika Rasulullah menceritakan kisah ahli ibadah pada masa Bani Israil dahulu kala. Kisah shahih ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim. Seorang ahli ibadah tersebut bernama Juraij.

Juraij adalah seorang ahli ibadah yang rajin beribadah. Ia membangun tempat peribadatan dan senantiasa beribadah di tempat itu.
Ketika sedang melaksanakan salat sunah, tiba-tiba ibunya datang dan memanggilnya, “Hai Juraij!”

Juraij bertanya dalam hati, “Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, melanjutkan salatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?”

Akhirnya, ia pun meneruskan salatnya itu hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.

Keesokan harinya, ibunya datang lagi kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan shalat sunah. Kemudian ibunya memanggilnya, “Hai Juraij!” Kata Juraij dalam hati, “Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku ataukah shalatku?” Lalu Juraij tetap meneruskan shalatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.

Hari berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan salat sunah . Seperti biasa ibunya memanggil, “Hai Juraij!” Kata Juraij dalam hati, “Ya Allah, manakah yang harus aku utamakan, meneruskan shalatku ataukah memenuhi seruan ibuku?” Namun Juraij tetap meneruskan shalatnya dan mengabaikan seruan ibunya.

Tentunya hal ini membuat kecewa hati ibunya. Hingga tak lama kemudian ibunya pun berdoa kepada Allah, “Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat fitnah dari perempuan pelacur!”

Kaum bani Israil selalu memperbincangkan tentang Juraij dan ibadahnya, hingga ada seorang wanita pelacur yang cantik berkata, “Jika kalian menginginkan popularitas Juraij hancur di mata masyarakat, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun meneruskan kisah ahli ibadah bani Israil, Juraij,

Maka mulailah pelacur itu menggoda dan membujuk Juraij, tetapi Juraij tidak mudah terperdaya dengan godaan pelacur tersebut. Kemudian pelacur itu pergi mendatangi seorang penggembala ternak yang kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij. Ternyata wanita tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala itu melakukan perzinaan dengannya hingga akhirnya hamil.

Setelah melahirkan, wanita pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya bahwa, bayi ini adalah hasil perbuatannya dengan Juraij.

Mendengar pengakuan wanita itu, masyarakat pun menjadi marah dan benci kepada Juraij. Kemudian mendatangi rumah peribadatan Juraij dan menghancurkannya.

Selain itu, mereka pun bersama-sama menghakimi Juraij tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya. Lalu Juraij bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian lakukan hal ini kepadaku?”

Mereka menjawab, “Kami lakukan hal ini kepadamu karena kamu telah berbuat zina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan bayi dari hasil perbuatanmu.”

Juraij berseru, “Di manakah bayi itu?”

Kemudian mereka menghadirkan bayi hasil perbuatan zina itu, lalu Juraij menyentuh perutnya dengan jari tangannya seraya bertanya, “Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu?” Sang bayi pun langsung menjawab, “Ayah saya adalah si fulan, seorang penggembala.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan,

Akhirnya mereka menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya dan mengharap berkah darinya. Setelah itu, mereka berkata, “Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu ini dengan bahan yang terbuat dari emas.”

Namun Juraij menolak dan berkata, “Tidak usah, tetapi kembalikan saja rumah ibadah seperti semula yang terbuat dari tanah liat.”

Maka, mereka pun mulai melaksanakan pembangunan rumah ibadah itu seperti semula.

Hikmah Kisah

Dari hadis kisah ahli ibadah yang shahih tersebut, menurut Ustadz Amir Sahidin, M.Ag, yang juga pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga, setidaknya kita dapat mengambil tiga pelajaran penting dalam kehidupan kita. Pelajaran hikmah tersebut adalah

1. Doa Orangtua kepada Anaknya adalah Mustajab

Dari kisah Juraij tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa doa orangtua kepada anaknya merupakan doa mustajab. Sampai-sampai ketika orangtua berdoa keburukan kepada anaknya, pun bisa jadi Allah kabulkan doa itu seperti dalam kisah tersebut.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2112 seconds (0.1#10.140)