Paul Gardner Allen, Otak Jenius di Balik Microsoft

Selasa, 20 Februari 2018 - 12:55 WIB
Paul Gardner Allen, Otak Jenius di Balik Microsoft
Paul Gardner Allen, Otak Jenius di Balik Microsoft
A A A
SEBAGAI salah satu pendiri Microsoft, sosok Paul Gardner Allen memang tidak sepopuler Bill Gates. Namun, Allen tidak hanya lebih multitalenta, tetapi juga memiliki hobi yang unik, berinvestasi tidak hanya di bidang teknologi, tetapi juga industri musik dan olahraga, serta aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

Paul Allen dan Bill Gates bertemu pada 1974. Saat itu ada Altair 8800, PC (personal computer) pertama di dunia. Namun, belum ada software yang bisa dijalankan di PC tersebut. Keduanya sama-sama jago dalam pemrograman. Walau tidak pernah berinteraksi dengan Altair secara langsung, mereka berhasil menulis bahasa pemograman untuk Altair, namanya Basic. Akhirnya keduanya mendapat kontrak untuk memasok Basic sebagai software dari Altair. Dan dari situ lahirlah Microsoft.

Walau sosok Gates sangat dominan di Microsoft, Allen punya peran tidak kalah penting. Dialah otak atau idea man di balik sejarah perusahaan software terbesar di dunia itu. Misalnya, perannya untuk menciptakan kerja sama Microsoft dan IBM. Ketika IBM mencari sistem operasi untuk mengisi perangkat komputernya, Allen dan Gates menyempurnakan software QDOS, singkatan dari Quick and Dirty Operating System dari sebuah perusahaan kecil dan menyempurnakannya menjadi MS-DOS (Microsoft Disk Operating System).

Sistem tersebut lantas ditawarkan kepada IBM. Meski demikian, petualangan Allen bersama Gates di Microsoft hanya berlangsung delapan tahun. Sebab, pada 1983 Allen mengundurkan diri dari perusahaan yang dia bangun karena mengidap penyakit sejenis kanker, yakni Hodgkin lymphoma. Dia dan Gates juga mengalami ketidakcocokan sehingga tidak bisa bekerja sama lagi. Allen masih memiliki saham di Microsoft.

Selepas meninggalkan perusahaan software tersebut, dia membangun perusahaan investasi Vulcan Inc serta membeli tim basket Portland Trail Blazers dan tim football Seattle Seahawks. Allen pernah berinvestasi di America Online (AOL) dan studio film Dream Works. Dia juga mendirikan Allen Institute for Brain Science dan sebuah perusahaan penerbangan, yakni Stratolaunch Systems.

Tidak Akur dengan Bill Gates
Keretakan hubungan Gates dan Allen terungkap dalam buku Allen berjudul Idea Man: a Memoir. Di situ Allen banyak menceritakan kedekatannya dengan Gates sekaligus bagaimana berakhirnya hubungan mereka. "Mulanya saya mengira kemitraan kami adalah 50-50. Tapi, Bill punya ide lain," ujar Allen.

Menurutnya, Gates meminta bagian saham Microsoft lebih besar, 64-36, hingga akhirnya dia setuju. Pada masa awal Microsoft, Allen memang banyak memberi kontribusi terhadap perusahaan software tersebut. Namun, dia dan Gates acap adu argumentasi selama berjam-jam lamanya. Bahkan, kemudian Gates memasukkan temannya, Steve Ballmer, yang di kemudian hari menjadi CEO Microsoft. Gates menawarkan bagian saham 8,75% ke Ballmer.

Itulah yang membuat Allen marah. Saat kembali ke Microsoft setelah sakitnya, dia merasa tidak dianggap. Tidak hanya itu, Allen juga mendengar kalau Gates dan Ballmer ingin mengurangi jatah sahamnya. Gates mencoba membeli saham Microsoft yang dimiliki Allen seharga USD5 per lembar, tetapi Allen menolaknya. Sekarang Allen menjadi sangat kaya karena masih memiliki banyak saham di Microsoft.

Bermain Gitar seperti Jimi Hendrix
Produser musik legendaris Quincy Jones menyebut Paul Allen memiliki kemampuan bermain gitar yang luar biasa. "Seperti Jimi Hendrix," ujar Jones. DIa bercerita bahwa suatu saat dia sedang bepergian bersama Paul Allen di yacht milik sang miliuner. Bersamanya ada David Crosby, Joe Walsh, dan Sean Lennon. Lalu, Stevie Wonder pun ikut serta. Stevie tampil di panggung dan mengajak Paul Allen ikut serta satu panggung. "Dia (Allen) bermain sangat bagus, seperti Jimi Hendrix," ungkapnya.

Wajar jika Jones berkata seperti itu karena Paul Allen adalah penggemar berat Hendrix. Dalam buku memoarnya, Idea Man: A Memoir by the Cofounder of Microsoft, Allen, dia banyak bercerita tentang obsesinya terhadap Jimi Hendrix. Termasuk, merekam lagu-lagu yang dia ciptakan sendiri dengan gaya seperti Hendrix.

Pernah Allen juga memainkan lagu Purple Haze milik Hendrix di Dallas bersama bandnya, Grown Men, dan penonton sangat menyukainya. Allen mengakui menyimpan sebagian besar instrumen musiknya di yacht miliknya, di mana dia melakukan banyak jam session dengan teman atau musisi populer dunia. “Saya tahu, saya tidak akan pernah bisa bermain seperti Jimi, tapi saya sudah cukup puas untuk bermain sepertinya," katanya.

Bikin Festival Musik Sendiri
Paul Gardner Allen, Otak Jenius di Balik Microsoft

Begitu cintanya pendiri Microsoft Paul Allen terhadap dunia musik, maka ia menciptakan sendiri festival yang memang sesuai dengan keinginannya, yakni festival untuk menampilkan beragam jenis musik di panggung yang sama. Namanya Upstream Music Fest dan Summit.

Tahun ini festival tersebut akan dihelat pada 1 Juni-3 Juni 2018 di kawasan Pioneer Square, Seattle. Penampil utamanya, antara lain The Flaming Lips yang akan tampil di panggung utama Amazon, sementara Cut Copy di panggung KEXP. Penampil lainnya yakni Valerie June dan Zola Jesus.

Upstream memanfaatkan lebih dari 15 panggung live music, dengan lebih dari 200 penampil. Tahun lalu festival tersebut menarik 30.000 penonton. Allen datang sendiri untuk meresmikannya dan menyebutnya sebagai festival yang sangat sukses.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8267 seconds (0.1#10.140)