2018, Eranya Open Source

Selasa, 13 Maret 2018 - 15:05 WIB
2018, Eranya Open Source
2018, Eranya Open Source
A A A
SOFTWARE berbasis open source menjadi alternatif yang memuaskan daripada umumnya software lisensi komersial yang cenderung memonopoli pasar. Hal tersebut disampaikan CEO PT Equnix Business Solutions Julyanto Sutandang.

Pembuatan software adalah investasi mahal, butuh proses penyempurnaan berkesinambungan dan umumnya membutuhkan waktu puluhan tahun agar dapat menjadi software berkelas dunia. Oracle, misalnya, dimulai sejak 1980-an.

Microsoft adalah software untuk pengguna rumahan yang kemudian masuk sebagai software UKM (SME) sejak 1990-an dan sekarang menjadi software berkelas enterprise setelah disempurnakan lebih dari 20 tahun. SAP dari Jerman adalah kumpulan bestpractice puluhan tahun sejak 1980-an.

Karena investasi yang mahal, maturity level yang panjang, software berkelas dunia hampir tidak memiliki pesaing yang berarti dan karenanya cenderung memonopoli pasar dan bisnis.

Untungnya, menurut Julyanto, dalam dunia IT ada komunitas gerakan open source, dengan semangat berbagi dan menolak cara lisensi berbayar software yang cenderung kurang fair dalam pendekatan bisnisnya. Untuk itulah, software berbasiskan open source menjadi solusi yang sangat menarik. Implementasi software berbasiskan open source sudah terbukti menjadi solusi alternatif di banyak sistem, terutama pada infrastruktur IT, bahkan memberikan keuntungan yang lebih baik.

“Software yang dibangun dari open source telah memiliki maturity atau pengalaman puluhan tahun. Misalnya, PostgreSQL sebagai open source sejak 1996 dan mewarisi riset akademis dan bisnis sejak 1980-an. PostgreSQL dan Linux OS sudah melewati masa-masa penyempurnaan selama puluhan tahun sebelum digunakan dalam sistem misi kritis (mission critical system ),” ungkapnya.

Namun, menggunakan software tersebut tanpa dukungan layanan ahli dalam sistem misi kritikal adalah keteledoran yang dapat berakibat fatal. Software open source memiliki beberapa kekurangan, mulai dokumentasi teknis awam, metode monitor tidak fleksibel, proses tuning dan troubleshooting tidak baku, hingga minimnya SDM mumpuni.

“Semua kekurangan tersebut dapat diatasi expert maintenance support yang mumpuni, teruji, terpercaya, dan bertanggung jawab. Dengan dukungan perawatan terpercaya, menggunakan software berbasis open source jauh lebih menguntungkan daripada software berbayar dalam hal apa pun, termasuk kebebasan dan kemerdekaan menentukan pilihan,” ujarnya.

Lalu, apakah software berbasis open source bisa digunakan di lingkungan corporation/enterprise di mana tidak semua orang terkait pekerjaan tersebut memahami cara kerja dan penggunaannya? Jawabnya bukan hanya bisa.

Bahkan, tahun ini sudah sepatutnya setiap perusahaan, termasuk skala menengah ke atas, mulai melirik untuk mengadopsi software berbasis open source. Menggunakan software berbasis open source , menurut Julyanto, memberikan kebebasan. “Membebaskan kita dalam menentukan pilihan, tujuan, dan efisiensi,” ujarnya.

Contohnya dari sisi pilihan. Sebelum adanya software berbasis open source, praktis tidak ada pilihan bagi perusahaan dalam mengadopsi software infrastruktur. Bayangkan, tidak ada Linux maupun PostgreSQL. Artinya, semua perusahaan akan menggunakan OS berbayar yang banyak bug dan banyak potensi breach dan menggunakan database server yang biayanya mencekik leher.

“Software open source memberikan alternatif pilihan yang sangat bermutu. PostgreSQL jauh lebih baik daripada Oracle, baik dari segi kinerja, efisiensi, maupun stabilitas sistem,” ungkapnya.

Kemudian, Indonesia sebagai negara besar dalam populasi juga memiliki catatan besar terkait pembajakan software . Hal itu dipicu biaya impor lisensi software dari Amerika yang sangat mahal. Harga lisensi software cenderung sama untuk negara maju maupun berkembang, padahal PDB (pendapatan domestik bruto)-nya saja sudah berbeda puluhan kali lipat. “Hal ini tentu saja tidak fair. Dengan adanya software berbasis open source , maka tidak perlu melakukan pembajakan atau aksi penggelapan. Kita gunakan software legal yang jauh lebih baik,” bebernya.

Terakhir, dukungan perawatan, termasuk bantuan pada kondisi operasional yang jauh lebih mumpuni, menjadikan solusi yang diberikan lebih lengkap dan komprehensif. “Vendor dukungan perawatan untuk software berbasis open source haruslah vendor yang memiliki penguasaan teknis yang mumpuni, mampu mempelajari kode sumber, dan memberikan pelayanan selayaknya prinsipal software tersebut,” ungkapnya.

(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6613 seconds (0.1#10.140)