Ini Alasan Hawking Lebih Percaya Ilmu Pengetahuan Ketimbang Agama

Rabu, 14 Maret 2018 - 14:24 WIB
Ini Alasan Hawking Lebih Percaya Ilmu Pengetahuan Ketimbang Agama
Ini Alasan Hawking Lebih Percaya Ilmu Pengetahuan Ketimbang Agama
A A A
JAKARTA - Fisikawan dunia, Stephen Hawking telah berpulang di usia ke 76 tahun. Terkenal sangat cerdas di ilmu pengetahuan, tapi dia menolak teori keberadaan Pencipta-nya.

Stephen Hawking pantaslah menjadi seorang ilmuwan beken karena di aliran darahnya mengalir DNA seoarang peneliti. Ayahnya, Dr Frank Hawking, mengepalai Divisi Parasitologi di National Institute for Medical Research, London, Inggris. Sedangkan ibunya Isobel Hawking adalah ibu rumah tangga biasa.

Lahir pada 8 Januari 1942, dia memiliki dua saudara kandung yaitu Philippa dan Mary, dan saudara adopsi, Edward. Pada 1950, Hawking dan keluarganya pindah ke St Albans, Hertfordshire.

Dilansir dari berbagai sumber, di sana Stephen Hawking bersekolah di St Albans High School for Girls dari 1950-1953. Di usia 11 tahun, Hawking bersekolah di St Albans School. Lalu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi yakni University College, Oxford.

Terinspirasi guru matematika bernama Dikran Tahta, Hawking dikenal selalu tertarik pada ilmu pengetahuan, khususnya matematika. Dr Frank Hawking sendiri beharap anaknya itu masuk ke University College, Oxford, tempat dulu dia bersekolah.

Hawking lalu mempelajari ilmu pengetahuan alam dan mendapat beasiswa. Di kampus tersebut dia mengambil spesialisasi fisika.

Setelah menerima gelar BA. di Oxford pada 1962, Hawking tetap tinggal di kampus untuk mempelajari astronomi. Kemudia dia memilih pergi ketika mengetahui bahwa mempelajari bintik matahari tidak sesuai untuknya.

Setelah angkat kaki dari kampus, Hawking lebih tertarik pada teori daripada observasi. Tak lama kemudian masuk ke Trinity Hall, Cambridge, mempelajari astronomi teoritis dan kosmologi.

Segera setelah tiba di Cambridge, gejala sklerosis lateral amiotrofik (ALS) yang akan membuatnya kehilangan hampir seluruh kendali neuromuskular-nya mulai muncul. Pada 1974, dia tidak mampu makan atau bangun tidur sendiri.

Suaranya menjadi tidak jelas sehingga hanya dapat dimengerti oleh orang yang mengenalnya dengan baik. Pada 1985, ia terkena penyakit pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi sehingga ia tidak dapat berbicara sama sekali.

Seorang ilmuwan dari Cambridge membuat alat yang bisa membuat Hawking menulis apa yang ingin dikatakan pada sebuah komputer, lalu dilafalkan melalui sebuah voice synthesizer.

Pemikiran di Bidang Fisika
Hawking meyakini bahwa kehidupan ekstraterestrial memang ada dan menggunakan basis matematis untuk asumsinya. "Menurut otak matematisku, angka menunjukan bahwa keberadaan alien sangatlah rasional. Tantangan terbesar adalah memperkirakan seperti apakah alien itu," katanya menguatkan asumsinya tentang keberadaan makhluk luar angkasa.

Dia menilai alien tidak hanya ada di planet-planet, tapi mungkin juga ada di tempat lain. Antara lain, bintang atau mengapung di angkasa luas.

Hawking juga memperingatkan bahwa beberapa spesies alien mungkin memiliki peradaban yang maju dan dapat mengancam Bumi. Hubungan dengan spesies seperti itu dapat membahayakan seluruh umat manusia. "Jika alien mengunjungi kita, hasilnya akan sama seperti ketika Columbus mendarat di Amerika, yang tidak berakhir baik bagi penduduk asli Amerika," katanya mengingatkan.

Pihaknya juga menyarankan, ketimbang menghubungi alien, sebaiknya manusia menghindari hubungan dengan mereka.

Semua orang sepakat bahwa tingkat kecerdasan seseorang terwakili dengan tingginya IQ. Tapi tidak dengan pria tangguh itu. Ketika ditanyakan berapa IQ-nya pada 2004, Hawking menjawab, "Saya tidak tahu. Orang yang membanggakan IQ-nya adalah seorang pecundang."

Hawking mengambil posisi agnostik dalam masalah agama dengan menggunakan kata "Tuhan" (secara metaforis) untuk menggambarkan poin dalam buku-buku dan pidatonya. Istri pertamanya, Jane, menyatakan, saat proses perceraian Hawking adalah seorang ateis.

Hawking menegaskan dirinya tidak religius secara akal sehat. Dirinya juga percaya bahwa alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan. "Hukum tersebut mungkin dibuat oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak melakukan intervensi untuk melanggar hukum," katanya.

Hawking pun membandingkan agama dan ilmu pengetahuan pada 2010. "Terdapat perbedaan mendasar antara agama, yang berdasarkan pada otoritas, (dan) ilmu pengetahuan, yang berdasarkan pada observasi dan alasan. Ilmu pengetahuan akan menang karena memang terbukti," katanya.

Di tahun yang sama, The Telegraph pernah melaporkan, bahwa Stephen Hawking telah menyatakan bahwa Tuhan bukan pencipta alam semesta. Dia menulis dalam bukunya, The Grand Design, bahwa karena adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri.

"Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakan alam semesta," imbuhnya.

Sekelumit Kehidupan Pribadi Hawking

Steven Hawking menikah dengan Jane Wilde, seorang murid bahasa, pada 1965. Namun mahligai rumah tangga keduanya berantakan hingga mereka perceraian pada 1991. Alasan yang mengemuka, Hawking-Jane bercerai karena tekanan ketenaran dan meningkatnya kecacatan sang suami.

Dari pernikahan pertama itu, Hawking dikaruniai tiga anak yaitu, Robert (1967), Lucy (1969), dan Timothy (1979). Empat tahun berselang Hawking menikahi perawatnya, Elaine Mason -sebelumnya menikah dengan David Mason, perancang komputer bicara Hawking. Dan lagi-lagi pada Oktober 2006, Hawking meminta bercerai dari istri keduanya.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6265 seconds (0.1#10.140)