Sean Parker, Facebook Eksploitasi Kelemahan Manusia

Minggu, 18 Maret 2018 - 12:20 WIB
Sean Parker, Facebook Eksploitasi Kelemahan Manusia
Sean Parker, Facebook Eksploitasi Kelemahan Manusia
A A A
SEAN Parker dikenal sebagai sosok yang sangat blak-blakan. Ia tidak ragu untuk bersuara dan mengekspresikan apa yang ia rasa, walau kadang dianggap kontroversial.

Nah yang terbaru, Parker mengatakan bahwa Facebook dirancang untuk mengeksploitasi “kerentanan” manusia. Menurut Parker yang ikut mendirikan Facebook dengan Mark Zuckerberg itu, pihaknya mengaku sejak awal mereka menciptakan sesuatu yang adiktif, yang mengeksploitasi “kerentanan psikologi manusia”.

Kritikan Parker dikeluarkan saat ia menghadiri acara Axios di Philadelphia belum lama ini. Pendiri dan ketua Institut Parker untuk Immunotherapy Kanker itu berbicara tentang kemajuan dalam terapi kanker. Namun, dia meluangkan waktu untuk memberikan beberapa pemikiran awal di Facebook.

Parker menjelaskan bagaimana saat awal mendirikan Facebook, orang-orang di sekitarnya mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak tertarik untuk bergabung karena lebih ingin berinteraksi sosial di kehidupan nyata. “Saat itu saya katakana, oke, tapi nanti pada akhirnya Anda akan bergabung,” katanya.

Dan ia menyesali perkataannya saat ini. Menurutnya, banyak konsekuensi yang terjadi ketika jejaring sosial tersebut saat ini tumbuh mencapai 2 miliar pengguna. “Facebook mengubah hubungan Anda dengan masyarakat, dengan sesama, bahkan memengaruhi produktivitas.

Hanya Tuhan yang tahu apa dampak Facebook pada otak anak-anak kita,” katanya. Dia menyebutkan, saat Facebook sedang dikembangkan, tujuannya adalah: “Bagaimana kita mengonsumsi sebanyak mungkin waktu dan perhatian sadar Anda?”.

Pola pikir inilah yang menyebabkan terciptanya fitur seperti tombol “like” yang akan memberi pengguna “sedikit suntikan dopamin” untuk mendorong mereka mengunggah lebih banyak konten. “Ini adalah umpan balik dari validasi, ... persis yang dilakukan hacker seperti saya karena Anda memanfaatkan kerentanan dalam psikologi manusia,” katanya.

Parker, yang sebelumnya mendirikan situs file sharing Napster, bergabung dengan tim Facebook pada 2004, lima bulan setelah situs tersebut diluncurkan sebagai direktori mahasiswa di Harvard. Parker melihat potensi situs tersebut dan menurut Zuckerberg, ia sangat penting untuk membantu Facebook berubah dari sebuah proyek perguruan tinggi menjadi perusahaan nyata.

Pada 2005 polisi menemukan kokain di sebuah vila yang sedang disewa Parker dan dia ditangkap karena dicurigai sebagai pemiliknya. Parker tidak sampai dipenjara. Namun, penangkapan tersebut mengguncang investor dan dia memilih mengundurkan diri tak lama setelahnya.

Berkat tugas singkatnya di Facebook, kekayaan bersih Parker diperkirakan lebih dari USD2,6 miliar. Dia mendirikan Yayasan Parker pada 2015 untuk menggunakan sebagian dari kekayaannya untuk mendukung “perubahan sistemik skala besar” dalam ilmu kehidupan, kesehatan masyarakat global, dan keterlibatan masyarakat.

Parker bukan satu-satunya pengusaha Silicon Valley yang mengungkapkan penyesalan atas teknologi yang dia bantu kembangkan. Mantan karyawan Google, Tristan Harris, merupakan salah satu dari beberapa teknisi yang diwawancarai oleh Guardian pada Oktober 2017 yang mengkritik industri ini. “Kita semua terdorong masuk ke sistem ini,” katanya. “Semua pikiran kita bisa dibajak. Pilihan kita tidak sebebas yang kita duga,” imbuhnya. (Danang Arradian)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8992 seconds (0.1#10.140)