Wapres Akui Inovasi Indonesia Peringkat Kedua Terendah di ASEAN

Selasa, 11 Agustus 2020 - 14:40 WIB
loading...
Wapres Akui Inovasi Indonesia Peringkat Kedua Terendah di ASEAN
Wapres KH Maruf Amin mengatakan, inovasi memang tidak mudah. Banyak tahapan yang harus dilewati sebelum inovasi tersebut dapat dikomersialkan atau dipasarkan.Foto/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Menurut data Global Innovation Index (GII) 2019, peringkat Indonesia berada di posisi 85 dari 129 negara di dunia. Sedangkan di negara ASEAN, peringkat Indonesia dalam hal inovasi berada di posisi kedua terendah di atas Kamboja.(Baca juga: Honda CB500X 2020 Hadir Lebih Agresif dengan Warna Gelap )

Sementara Singapura berada di peringkat ke-8, dan Malaysia di peringkat ke-35. Ekonomi kedua negara itu berbanding lurus dengan budaya inovasinya. )

Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin , dalam perayaan puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25, secara virtual, Senin (10/8/2020). Di sisi lain, lanjut Wapres, Indonesia mempunyai anggaran lebih besar, yakni USD2.130,3 miliar, dibandingkan Vietnam. Tapi jumlah peneliti Indonesia hanya 89 orang per 1 juta penduduk. Sementara Vietnam jumlah penelitinya 273 orang per 1 juta penduduk.

Di samping itu, alokasi anggaran penelitian dan pengembangan (R&D) Indonesia terbesar dari pemerintah sebanyak 40%. Sementara alokasi R&D Vietnam terbesar dari sektor industri sebanyak 52%.

Memang telah banyak inovasi yang dihasilkan oleh anak bangsa. Namun, hanya sedikit yang bisa dikomersialkan atau dipasarkan.
“Jika inovasi tidak dapat dikomersialkan, maka inovasi tersebut kurang bermakna bagi bangsa ini,” imbuhnya. (Baca juga: Renungkanlah 'Tausiah' Wapres Ma'ruf Amin Soal Utang)

Wapres mengakui, inovasi memang tidak mudah. Banyak tahapan yang harus dilewati sebelum inovasi tersebut dapat dikomersialkan atau dipasarkan. Tahapan tersebut antara lain seperti sertifikasi, uji klinik, izin produksi, dan izin edar.

Wapres berharap para peneliti atau inovator dapat melalui tahapan ini sesuai dengan prosedur yang ada. Misalnya proses sertifikasi yang benar, dan uji klinik jika terkait obat-obatan. “Jangan sampai inovasi baru telah dikomersialkan, tetapi tanpa tahapan yang sesuai prosedur,” tegasnya.

Wapres juga mengimbau kepada para peneliti dan inovator untuk melewati tahapan sesuai prosedur sebelum produk inovasi dikomersialkan. Pihak-pihak terkait dalam proses tahapan-tahapan tersebut diharapkan dapat berperan aktif, sehingga tahapan tersebut dapat lebih efektif dan efisien. (Baca juga: Akademisi Ingatkan Pentingnya Kajian Ilmiah dalam Regulasi)

Menurut Wapres, kunci utama penguatan inovasi adalah adanya sinergi triple helix yang baik antara pihak-pihak terkait dalam inovasi. Pihak tersebut antara lain peneliti, inovator, dunia akademisi, dunia usaha, komunitas inovator, komunitas pengguna teknologi, dan pemerintah.

Tak hanya itu, Ma’ruf juga berharap para peneliti dan inovator harus memerhatikan kualitas produk-produk yang dihasilkannya
“Hal ini penting bukan hanya dari sisi pengguna, tapi juga bagi para peneliti, inovator, dan komunitas inovator lainnya, sehingga dapat menjadi acuan dalam menghasilkan produk-produk yang menghasilkan,” tandasnya.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1489 seconds (0.1#10.140)