Robert Pera, Antara Basket dan Teknologi Komunikasi

Selasa, 15 Mei 2018 - 14:32 WIB
Robert Pera, Antara Basket dan Teknologi Komunikasi
Robert Pera, Antara Basket dan Teknologi Komunikasi
A A A
SEMUA orang memiliki mimpi. Namun, Robert Pera mungkin salah satu orang yang mampu mewujudkan mimpinya untuk membangun perusahaan yang bergerak di teknologi komunikasi, yaitu Ubiquiti Networks Inc.

Pada 2013, Robert Pera dinobatkan menjadi miliarder muda oleh Forbes. Total kekayaannya saat itu mencapai USD1,95 miliar. Kekayaan tersebut diperoleh setelah perusahaannya melakukan go public pada Oktober 2011. Untuk mewujudkan impiannya, Pera mengambil keputusan penting dan sulit, yakni keluar dari Apple pada 2005.

"Apple perusahaan besar, tetapi saya ingin sukses lebih cepat lagi," katanya. Dalam sebuah wawancara dengan Forbes, dia mengungkapkan mimpinya untuk mencoba membangun sesuatu yang besar dan seefisien mungkin menjualnya dengan harga yang memotivasi pembeli dan memastikan keuntungan.

Robert Pera lahir di San Carlos dan dibesarkan di Redwood City, daerah di antara San Francisco dan San Jose. Ayahnya seorang konsultan bisnis. Saat ini ayahnya menjadi CEO Armino Foods yang bergerak di usaha pembuatan makanan beku Italia. Sejak remaja, Robert dikenal menyukai teknologi internet dan komputer. Selain itu, dia menyukai video games. Meski sempat sakit infeksi jantung, Robert menyukai olahraga basket. Kesukaan Robert terhadap basket pun memengaruhinya untuk membeli sebuah klub basket pada 23 Agustus 2012.

Selain jago di bidang teknologi informasi, pria berwajah tampan ini juga dapat berbicara bahasa China dan Jepang. Robert mengikuti jejak saudara perempuannya berkuliah di University of California, San Diego, pada 1997. Pria yang masih betah melajang ini mendapatkan dua gelar di Jurusan Teknik Elektro dan Bahasa Jepang. Dia pun meneruskan magisternya di universitas yang sama dengan spesialisasi desain sirkuit. Setelah lulus kuliah pada 2002, dia berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar di Amerika Serikat. Dia bekerja di Apple.

"Saya mengidolakan Steve Jobs," katanya.

Di Apple, tugasnya menguji router Wi-Fi perusahaan untuk memastikan mereka memenuhi standar Federal Communications Commission untuk emisi elektromagnetik. Menurutnya, pekerjaan itu membosankan, tetapi dia tetap bekerja keras dengan datang lebih awal dan pulang paling akhir. Dia ingin melakukan yang terbaik.

Di Apple, dia melihat cara mudah untuk meningkatkan kemampuan router Apple. Robert menyampaikan idenya, tetapi ditolak atasannya. Lalu, Robert memutuskan membangun sendiri modul Wi-Fi-nya. Menggunakan amplifier eksternal, Wi-Fi buatannya mampu mengirim sinyal hingga puluhan kilometer. Ini menjadi cara murah untuk mendapatkan akses internet dengan perusahaan kabel dan telepon.

Pada awal 2005, akhirnya dia memulai bisnis sendiri. Robert dikenal pekerja keras dan pengambil risiko. "Ketika meninggalkan pekerjaan di Apple pada 2005, saya mendedikasikan energi saya untuk Ubiquiti," katanya.

Perusahaan tersebut didirikannya lewat modal tabungan dan kartu kredit sebesar USD30.000. Dengan menjaga biaya rendah, Ubiquiti bahkan mampu bersaing dengan Motorola. Berbagai produk Ubiquiti, termasuk sistem amplikasi Wi-Fi, dapat memberikan akses internet untuk sedikitnya 10 orang dan lebih dari 10.000 pelanggan dalam radius lebih dari 60 km.

Ubiquiti melakukan penawaran perdana saham pada 13 Oktober 2011 dengan 7,04 juta saham. Harga per saham sekitar USD15. Nilai perusahaan mencapai USD1,45 miliar dan kepemilikan saham Robert sekitar 64% dengan nilai USD1 miliar.

Pemilik Klub NBA Termuda
Robert tergila-gila dengan basket, bisa berlatih 4-5 kali dalam seminggu. Kesukaannya terhadap basket juga membuatnya memilih membeli klub basket Memphis Grizzlies. Pembelian klub tersebut dikabarkan mencapai USD350 juta.

Pembelian itu membuat Robert Pera adalah pemilik klub termuda di NBA. Tapi, dengan pemikiran dan strateginya, klub Grizzlies menjadi luar biasa. CEO dan pemilik Ubiquiti tersebut langsung melakukan transformasi besar di Grizzlies. Ia menggabungkan pengetahuan bisnis dengan olahraga, menjadikan Grizzlies sebagai tim olahraga kelas dunia.

Dan memang terbukti. Di bawah kepemimpinan Robert Pera, Grizzlies menjadi tim yang disegani di NBA. Pernah mencatat rekor kemenangan terbanyak, yakni 56 kali, pada musim 2012–2013. Bahkan, dalam dua tahun pertama memimpin Grizzlies, tim tersebut memenangi lebih banyak laga playoff jika dibanding 21 musim sejak tim tersebut bersama Vancouver Grizzlies. "Saya ingin menjadi inspirasi bagi komunitas di kota kami," ucap Robert Pera.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0139 seconds (0.1#10.140)