Miliuner Berlomba Taklukkan Angkasa

Selasa, 26 Juni 2018 - 10:33 WIB
Miliuner Berlomba Taklukkan Angkasa
Miliuner Berlomba Taklukkan Angkasa
A A A
DALAM beberapa tahun terakhir, orang-orang terkaya di dunia tiba-tiba memiliki obsesi baru: luar angkasa. Mulai Jeff Bezos, Ellon Musk, Paul Allen, hingga Richard Branson dan Bill Gates.

Namun, apa sebenarnya yang mereka cari? Tren eksplorasi luar angkasa sebenarnya sudah pernah terjadi puluhan tahun lalu, tepatnya pada 1960- an ketika misi ke bulan oleh Apollo dilakukan. Hanya, tidak banyak yang tersisa selain pencapaian membawa manusia ke bulan dan inovasi untuk membuat makanan kering bagi para astronot.

Faktanya, memang tidak ditemukan kehidupan di luar sana. Tidak ada pula sesuatu yang benar-benar menarik, sesuatu yang dapat menghasilkan uang. Namun, mengapa orang-orang terkaya di dunia itu mau menyisihkan sebagian kekayaannya untuk berinvestasi di industri luar angkasa? Jika orang-orang superkaya ini tidak memahami industri dan pasar, siapa lagi? Bukan tidak mungkin memang mereka mengejar sesuatu yang besar.

Faktanya, saat ini proyek-proyek ke luar angkasa tidak pernah sepi. Jeff Bezos mendirikan Blue Origin untuk meluncurkan kendaraan roket pribadi yang bisa digunakan kembali. Roket New Shepherd telah diluncurkan ke orbit dan mendarat kembali ke Texas dan siap melakukan pengisian bahan bakar untuk terbang lagi.

Bezos tidak melakukan hal baru, tetapi berupaya untuk secara dramatis memangkas biaya produk yang sudah dia lakukan di industri belanja lewat Amazon. Elon Musk juga melakukan hal yang sama dengan SpaceX. Sejumlah roketnya sukses mengangkasa dan mendarat kembali di bumi.

Stratolaunch Systems milik Paul Allen sedang mengembangkan roket tipe baru yang menggunakan pesawat raksasa untuk mengangkat roket tersebut mendekati angkasa. Hanya Richard Branson yang memiliki pendekatan sedikit berbeda, yakni space tourism atau wisata luar angkasa.

Targetnya hingga akhir tahun ini perusahaannya bisa membawa manusia ke orbit. Zaman dulu langkah serupa juga telah dilakukan Andrew Carnegie dan John D Rockefeller. Mereka mendonasikan jutaan dolar untuk pengembangan roket ke luar angkasa, termasuk keluarga terkaya Amerika, Guggenheim, yang mendanai roket berbahan bakar cairan pertama pada 1926.

Rasanya wajar jika para miliuner berambisi untuk menaklukkan angkasa. Setelah menjadi orang terkaya di bumi, apalagi yang bisa ditembus batasannya selain luar angkasa dan mengeksplorasi dunia baru. Meskipun sebenarnya jika ditilik dari bisnis sulit ditemukan sesuatu yang luar biasa dari bisnis yang modalnya sendiri sudah luar biasa.

Untuk pasar sistem satelit yang digunakan untuk telekomunikasi dan broadcasting tidak terlalu besar. Space tourism tetap menjadi pasar niche. Adapun penambangan luar angkasa tidak begitu menarik.

Sabuk asteroid mungkin kaya mineral, tetapi tetap tidak sebanding dengan biaya yang dibutuhkan untuk mengeruknya. Lalu apa? Tahun lalu Kongres Amerika baru saja mengesahkan Space Act, yang memungkinkan perusahaan swasta untuk memiliki hak akan mineral di luar bumi dan membuka kesempatan eksplorasi antara planet sebesar-besarnya.

Kemudian, teknologi saat ini membuat perjalanan antaraksi secara finansial sangat mungkin. Memang biayanya masih amat mahal, tetapi tidak semahal puluhan tahun lalu. NASA memperkirakan Program Apollo akan memakan biaya hingga USD200 miliar saat ini.

Bahkan, orang terkaya di bumi pun akan mampu untuk mendanainya. Bandingkan dengan sekarang, di mana biaya peluncuran SpaceX hanya di angka USD100 juta. Hal itu memungkinkan perusahaan swasta untuk bermain di arena ini. (Danang Arradian)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.8305 seconds (0.1#10.140)