Industri Automotif Jerman Ketar-Ketir dengan China

Selasa, 31 Juli 2018 - 00:03 WIB
Industri Automotif Jerman Ketar-Ketir dengan China
Industri Automotif Jerman Ketar-Ketir dengan China
A A A
BERLIN - Industri automotif China dapat dipastikan terus bergerak maju, bahkan banyak perusahaan China yang mulai membeli sebagian saham milik perusahaan Eropa seperti General Motor, Lotus Cars dan Terrafugia Transition bahkan siap mencaplok Fiat Chrysler Automobil dan saham Mercedes-Benz.

Tak hanya Mercedes, Geely sebenarnya telah berbicara dengan perusahaan Jerman lainnya,seperti BMW.

Seperti yang dilaporkan piegel, melalui BMW Blog, Geely dan BMW telah membahas pada tahun 2016 di mana sebuah kesepakatan dicari yang menurut Geely akan membantu akses pemasaran yang lebih baik di pasar China melalui hubungan baiknya dengan pemerintah China.

Sebagai gantinya, Geely mengharapkan pengembangan kendaraan listrik dibandingkan dengan membeli saham.

BMW bermitra dengan perusahaan China lainnya, Great Wall Motors mengembangkan Mini Electric di China.

Geely Group di Provinsi Zhejiang, China, telah mengejutkan media Jerman dengan tujuan memegang saham terbesar di Daimler, perusahaan induk Mercedes-Benz.

Kesuksesan terbesar Geely adalah pembelian Volvo dari Ford seharga USD1,8 miliar pada 2010. Membuat Geely berambisi memboyong, Daimler salah satu produsen mobil terbesar di dunia.

Sekarang, persaingan dari Tiongkok tampaknya semakin dekat. Laporan 23 Juli yang diterbitkan oleh bank sentral Jerman, Deutsche Bundesbank, meramalkan bahwa pembuat mobil listrik Jerman akan segera menghadapi tantangan berat dari Tiongkok, menurut kantor berita Jerman, Deutsche Presse-Agentur (DPA). Laporan tersebut juga berspekulasi bahwa tekanan dari Tiongkok akan segera terwujud, mengingat bahwa akan segera mengekspor dalam jumlah yang lebih besar untuk kendaraan listrik yang diproduksi di dalam negeri.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Hans-Gerog Maassen, presiden badan intelijen domestik teratas Jerman, baru-baru ini menyuarakan kekhawatirannya tentang pengambilalihan teknologi Tiongkok, yang berpotensi “membahayakan kepentingan ekonomi dan keamanan Jerman.”

“Kita tentu harus peduli dengan ini jika kita memiliki kesan bahwa di balik pembeli potensial terdapat negara asing dengan kepentingan yang jauh melebihi akuisisi-akuisisi tersebut,” kata Maassen kepada wartawan pada 24 Juli di Berlin.

“Perusahaan Tiongkok dan pemerintah melihat transfer teknologi dari luar negeri sebagai cara penting untuk mempercepat kemajuan teknologi dan untuk mencapai tujuan politik yang ambisius,” menurut penilaian 2016 dari cetak biru ekonomi “Made in China 2025” milik Beijing oleh lembaga think-tank Jerman, Mercator Institute of China Studies.

Jerman, khususnya, telah melihat peningkatan investasi Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, karena Tiongkok telah menetapkan perhatiannya pada inovasi-inovasi canggih Jerman dalam otomatisasi, robotika, dan mobil. Dan memang, robotik serta kendaraan energi baru tersebut termasuk dalam daftar 10 sektor yang ingin dikembangkan Tiongkok pada tahun 2025.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9529 seconds (0.1#10.140)