Rivalitas Sengit Microsoft-Apple

Kamis, 29 November 2018 - 10:17 WIB
Rivalitas Sengit Microsoft-Apple
Rivalitas Sengit Microsoft-Apple
A A A
NEW YORK - Microsoft Corporation sempat menyalip Apple Inc sebagai perusahaan paling berharga di dunia kemarin. Hal itu merefleksikan kepercayaan para investor atas bangkitnya Microsoft di bawah kepemimpinan Chief Executive Officer (CEO) Satya Nadella ketika pabrik iPhone sedang mengalami pelambatan. Saham Microsoft pada awal pembukaan perdagangan sekitar USD106,27 dengan kapitalisasi pasar USD815,75 miliar.

Capaian itu mengalahkan nilai pembukaan Apple yang hanya mencapai USD813,88 miliar. Namun beberapa menit kemu dian, Apple kembali keposisi puncak. Kedua perusahaan itu terus saling salip.

Pada akhir perdagangan, Microsoft tidak mampu melampaui kapitalisasi pasar Apple yang mendominasi posisi puncak selama tujuh tahun terakhir. Nilai pasar Apple mencapai USD826,84 miliar, sedangkan Microsoft USD822,43 miliar. Data itu berdasarkan kalkulasi perusahaan data keuangan FactSet Research System Inc.

Persaingan ketat itu hanya berselang empat bulan setelah Apple men jadi perusahaan Amerika Serikat (AS) pertama dengan nilai pasar melampaui USD1 triliun. Rekor itu kemudian disusul Amazon.com Inc. Nilai tertinggi Apple ialah USD1,103 triliun pada 3 Oktober.

Namun, sejak saat itu, nilainya jatuh hampir USD300 miliar. Penurunan nilai Apple dilatarbelakangi berbagai faktor, mulai dari kekhawatiran prospek iPhone hingga kebijakan baru Pemerintah AS mengenai tarif impor perangkat keras dari China. Sejauh ini nilai Apple tidak tertandingi.

Apple pertama kali merengkuh takhta perusahaan termahal dari Exxon Mobil Corp pada Agustus 2011. Saat itu kenaikan saham Apple dianggap sebagai momen simbolis akan berjayanya perusahaan tek nologi di atas perusahaan minyak. Saat itu nilainya mencapai USD340 miliar, diikuti Microsoft dengan nilai pasar USD200 miliar.

Para ahli menilai kedua perusahaan itu harus segera beralih pada bisnis berbasis layanan jasa. Dalam perkembangannya Microsoft terus agresif mengembangkan bis nisnya dengan meluncurkan layanan cloud yang digadang-gadang men jadi produk potensial.

“Microsoft sudah berganti pada bisnis layanan. Apple juga mencobanya,” ujar James Armstrong, Presiden Henry H Armstrong Associates yang memiliki investasi USD107 juta di Microsoft dan USD3,5 juta di Apple Walaupun hanya sesaat, naiknya Microsoft ke posisi puncak perusahaan paling berharga dinilai sebagai kemajuan positif.

Microsoft terakhir kali menduduki posisi itu pada 3 November 2003 dengan nilai pasar USD289 miliar, lebih besar USD8 miliar daripada nilai pasar Apple. Saat itu produk Microsoft, Windows, sukses besar di pasaran.

Kejayaan Microsoft itu hanya terjadi setahun sebelum Apple meluncurkan iPhone, produk yang mendongkrak nilai dan keuntungan hingga melampaui perkiraan Apple sendiri. Google Alphabet Inc juga belum melakukan penawaran umum perdana (IPO), sedangkan Amazon baru berdiri sebagai ritel online AS.

Meski demikian Microsoft terjatuh, terutama di mata investor. Salah satu penyebabnya adalah pertarungan terkait pelanggaran aturan monopoli oleh Microsoft yang terjadi di mana-mana, terutama di AS dan Eropa.

Saham Microsoft kemudian stagnan selama beberapa tahun, sementara saham Apple terus terkerek bersama Google dan Amazon. Microsoft tidak mampu lagi mempertahankan nilai pasar dan tergeser oleh Apple pada 2010. Namun sejak Satya Nadella menggantikan Steve Ballmer sebagai CEO, Microsoft mulai kembali bangkit sejak 2014.

Satya mengobati beberapa kelemahan Microsoft, termasuk dengan mengakuisisi bis nis handset milik Nokia Corporation. “Satya mengubah model bisnis Microsoft. Dia menggunakan pendekatan ala startup dan menuntun Microsoft menuju milenium baru,” kata Mike Frazier, Presiden Bedell Frazier Investment Counselling yang baru membeli saham di Microsoft pada Oktober.

Dia meyakini, Microsoft dapat menjadi perusahaan paling berharga. Pengamat Dan Morgan, manajer senior Synovus Trust, mengatakan bahwa Microsoft tidak perlu khawatir atas dominasi smartphone pabrikan Apple.

Sebab, saat ini, banyak pengguna media sosial mobile yang prihatin dengan privasi mereka. Microsoft dinilai dapat memasarkan bisnis cloud yang memiliki keamanan tinggi. Mengenai privasi pengguna, Google dan Facebook sebenarnya sering juga berurusan dengan para penegak hukum dalam hal data pengguna.

Kasus itu menurunkan kepercayaan investor dan nilai pasar sebesar 40%. Namun sebaliknya, tidak seperti sekitar 20 tahun yang lalu, Microsoft kini justru jarang tersandung kasus hukum. Bahkan mereka didukung penuh pemerintah.

“Untuk pertama kali dalam dua dekade, Microsoft berada di pihak yang tepat dalam diskusi aturan hukum,” kata Brad Reback yang mengamati pergerakan Microsoft di Stifel.

“Sejauh ini tidak ada isu miring seperti pelanggaran hukum yang merebak dari Microsoft. Mereka benar-benar fokus pada bisnis,” tambahnya.

Jika Microsoft mulai bergantung pada bisnis cloud, Apple tetap bergantung pada bisnis telepon pintar yang menjadikannya sebagai perusahaan paling berharga.

Gawai yang memulai debutnya pada 2007 itu menyumbangkan dua pertiga dari total penjualan tahunan dan tiga perempat dari keuntungan kotor Apple kendati jumlah penjualannya mulai melambat. Apple menyatakan akan mencoba melakukan transisi bisnis.

Mereka akan berhenti memublikasikan data penjualan iPhone, iPad, dan Mac agar fokus pada perubahan. Apple menanamkan modal senilai USD14,24 miliar di departemen riset dan pengembangan sejak 2014, termasuk rencana menggarap bisnis jam tangan. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6774 seconds (0.1#10.140)