Tanmay Bakshi, Bocah 14 Tahun Pakar Artificial Intelligence

Senin, 07 Januari 2019 - 08:24 WIB
Tanmay Bakshi, Bocah 14 Tahun Pakar Artificial Intelligence
Tanmay Bakshi, Bocah 14 Tahun Pakar Artificial Intelligence
A A A
WASHINGTON - Tanmay Bakshi, seorang programmer komputer, pakar artificial intelligence (kecerdasan buatan), dan pakar teknologi, yang kini bekerja sebagai pakar di IBM. Dia sudah keliling dunia untuk berbicara pada konferensi IBM Watson dan menggelar TEDx Talk.

Salah satu hal yang mengejutkan adalah Bakshi masih berusia 14 tahun. Dia pertama kali mendapat perhatian dari IBM pada usia 11 tahun. Bakshi tumbuh besar di industri teknologi sejak dini. Ketika teman-temannya masih bermain Lego dan membangun mimpi, saat Bakshi berusia lima tahun sudah belajar tentang coding.

Ayahnya, Puneet Bakshi bekerja sebagai pemprogram komputer selama beberapa tahun. Tak mengherankan jika Tanmay Bakshi juga sudah terbiasa dengan koding ketika melihat ayahnya bekerjanya.

“Sungguh menakjubkan bagi saya ketika melihat bagaimaa komputer bisa melakukan apapun,” kata Bakshi dilansir CNBC. “Saya ingin mengetahui apa yang terjadi hingga selesa dan mengetahui bagaimana kamu mengontrol komputer dan menceritakan kepada mereka tentang apa yang dilakukan,” jelasnya.

Dengan perasaan keingintahuan yang mendalam, ayahnya mengajari Bakshi tentang bagaimana membangun program komputer. Dari sana, Bakshi mulai menggunakan internet untuk dirinya dan membaca buku tentang pemprograman.

Usia tujuh tahun, Bakshi membuat kanal YouTube di mana dia mengunggah tutorial untuk belajar koding dan pengembangan web. Dalam setiap unggahannya, dia menerima ribuan pertanyaan dari orang di seluruh dunia.

Menyadari tentang kurangnya pengetahuan tentang pemprograman dan pembelajaran mesin, dia membuat kanal YouTube untuk membantu 100.000 anak untuk belajar koding. Kini, dia telah memiliki 200.000 pelanggan.

Usia delapan tahun, Bakshi belajar sendiri untuk mengembangkan aplikasi iOS. Usia sembilan tahun, dia mampu membuat aplikasi pertamanya yang mengajari tentang perkalian yang diterima Apple. Seiring waktu berjalan, Bakshi lebih banyak tertarik dengan pemprograman.

“Saya selalu merasa bahwa teknologi sangat terbatas. Saya selalu merasa bahwa momen di mana kamu meletakkan sesuatu, itu akan menjadi usang,” paparnya.

Kemudian, Bakshi pada usia 11 tahun mulai berekspansi. Ketika mengunggah video YouTube tentang dokumentasi “pertanyaan menjawab” mesin IBM Watson dan bagaimana itu memainkan Jeopardy. Saat itu, dia mengenal tentang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan secara instan dia langsung mengobati kebosanannya. “Sejak itu, saya tertarik dengan IBM Watson dan AI,” katanya.

IBM Watson merupakan sistem komputer yang menjawab pertanyaan yang mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dalam bahasa alami. Proyek itu dikembangkan DeepQA IBM oleh tim peneliti yang dipimpin oleh peneliti utama David Ferrucci. Sebenarnya, Watson diberi nama setelah CEO pertama IBM, industrialis Thomas J. Watson

Dalam satu pekan setelah belajar AI, Bakshi langsung mengembangan aplikasi Watson yang pertama. Itu diberi nama “Ask Tanmay”. Aplikasi itu merespons pertanyaan dengan memberikan jawaban terbaik. Setelah itu, dia membuat layanan IBM yang disebut dengan Document Conversion. Tujuan utama piranti lunak itu mampu mengoversi dari satu format, seperti PDF menjadi format lain seperti HTML.

Hanya beberapa menit setelah bermain piranti lunak, Bakshi menemukan bug pada layanan IBM. Dia mengunggah temuannya di situs pemprogramannya dan Twitter pribadinya. Kemudian, beberapa pegawai IBM yang bekerja secara teknis langsung menghubunginya. “Itu sungguh mengejutkan. Semua IBM-ers menghubungi saya,” ujarnya.

Dua di antara pegawai IBM kini menjadi mentor Bakshi dan menjadi anggota tim untuk berkolaborasi dengan IBM. Sejak itu, IBM menawarinya Bakshi untuk berbicara pada konferensi yang digelar perusahaan raksasa teknlogi tersebut. Pada Interconnect Conference, Bakshi menjadi pembicara utama pada acara yang dihadiri 25.000 orang dan pada IBM Developer Conference di Bengal, India, dia berbicara di depan 10.000 orang.

Secara teknis, Bakshi tidak bekerja untuk IBM, karena dia tidak mendapatkan bayaran. Tapi, Bakshi terus bekerja dengan perusahaan tersebut dalam berbagai proyek. Dia menjadi pakar AI yang memberikan arahan bagi IBM. Saat ini, dia memiliki mentor yakni chief technology officer IBM Watson, Rob High.

“Dia (Bakshi) mampu menyerap pengetahuan dengan cepat seperti sepon,” kata High. “Dia memiliki keinginan belajar lebih mendalam tentang AI,” jelasnya.

Bersama, Bakshi dan High kerap menggelar Facebook Live dan berbicara dalam berbagai topik. Terbaru, mereka berbicara di AI World di Boston di mana mereka berbicara bagaimana menggunakan AI untuk analisis media sosial.

“Saya memang sangat menyukai AI. Saya suka berbagi pengetahuan saya dengan banyak komunitas,” ujar Bakshi. “Kenapa orang lain harus menemukan kembali roda karena saya tidak ingin berbagi tentang apa yang sudah saya kerjakan,” ucapnya.

Keahlian tentang AI yang dikuasai Bakshi menyebabkan dia menerima banyak penghargaan. Setelah berbicara pada Knowledge Summit 2017 di Dubai, dia mendapatkan penghargaan Knowledge Ambassador Award dari Penguasa Dubai Mohammed bin Rashid Al Maktoum. Dia juga menjadi juara IBM Cloud dan menjadi penasihat kehormatan IBM Cloud.

Bakshi bukan hanya menghabiskan hidupnya untuk konferensi dan mengumpulkan pundi-pundi kekayaannya. Dia juga bekerja untuk memperbaiki kehidupan masyarakat umum. Dia mengembangkan jaringan neural, sistem komputer seperti otak manusia atau sistem syaraf.

“Saya menemukan bahwa jaringan neural buatan memang berguna pada ranah perawatan kesehatan,” kata Bakshi. “Kesehatan adalah ranah yang bisa dikembangkan AI,” ujarnya.

Proyek kesehatan yang dikembangkan Bakshi adalah Cognitive Story. Dalam proyek tersebut juga melibatkan mitra IBM seperti Darwin Ecosystem, Not So Rocket Science, dan mentornya Rob High. Peranan Bakshi adalah menggunakan algoritma.

Selain itu, Bakshi juga menulis buku berjudul, "Hello Swift!: iOS app programming for kids and other beginners," dan bukunya keduanya sedang ditulisnya. Meskipun sudah sukses, dia memang ingin terus belajar dan membuat orang tuanya bangga. (Andika Hendra)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7168 seconds (0.1#10.140)