Menanti Agresivitas Renault Setelah Berganti Kepemilikan

Kamis, 24 Januari 2019 - 17:01 WIB
Menanti Agresivitas Renault Setelah Berganti Kepemilikan
Menanti Agresivitas Renault Setelah Berganti Kepemilikan
A A A
KEPEMILIKAN Renault di Indonesia akhirnya berpindah tangan dari Indomobil ke Maxindo Nusantara. Lewat Maxindo Renault Indonesia, perusahaan mobil asal Prancis itu berjanji lebih agresif di pasar Indonesia.

Seperti apa keagresifannya? Sebelum bicara soal Renault di Indonesia, Chief Operation Officer Maxindo Renault Indonesia Davy J Tuilan bertanya kepada para wartawan soal merek fashion buatan Prancis apa saja yang ada di Indonesia.

Dengan fasih, merek Prancis seperti Louis Vuitton, Hermes, Balenciaga, meluncur dengan lancar. “Mereka semua brand mahal, tapi banyak yang membeli. Kalau brand Prancis seperti itu dijual, kenapa tidak dengan pro duk automotif dari Prancis?” kata Davy.

Pria yang dulu pernah menjadi salah satu eksekutif di Nissan Motor Indonesia (NMI) itu mengakui, saat ini masyarakat Indonesia memang tidak terlalu sadar dengan merek mobil Renault. Padahal, produk-produk Renault yang sudah ada di pasar Indonesia tergolong mobil yang sangat modern.

Contohnya, Renault Koleos yang memiliki banyak fitur modern, mulai automated tailgate hingga ambience light. “Fitur-fitur itu ditawarkan di mobil-mobil masa depan dan ini sebenarnya sudah ada di mobil Renault,” ucap Davy.

Inilah mengapa begitu berpindah tangan dari Indomobil ke Maxindo Renault Indonesia, Renault berusaha melakukan strategi agresif terhadap mindset masyarakat Indonesia. Renault akan kembali mencoba mengangkat kembali produk-produk Renault yang sudah ada agar kembali dikenal masyarakat.

“Karena kami yakin modelmodel lama masih banyak yang bisa dieksplorasi,” ujarnya. Sebelum berpindah ke Maxindo Renault Indonesia, beberapa model Renault yang telah dipasarkan memang belum begitu memenetrasi pasar Indonesia.

Ketiga model yang telah dipasarkan adalah Renault Koleos, Renault Kwid, dan Renault Duster. Davy berjanji, selain ketiga model tersebut, mereka juga akan menghadirkan mobilmobil baru Renault.

Salah satunya MPV berkonfigurasi tujuh kursi penumpang yang akan memiliki banderol terjangkau. Peluang Renault untuk bersaing di pasar Indonesia memang masih terbuka lebar. Dia menceritakan, pada 2009 pasar Indonesia memiliki 20 model yang dipasarkan.

Saat ini ada 40 model mobil yang menguasai 50% market share pasar Indonesia. “Jadi, pasar automotif Indonesia itu sangat dinamis. Maxindo Renault Indonesia sangat yakin peluangnya ada. Itu yang kami coba masuki,” ucap Davy.

Guillaume Sicard, Vice President Sales and Marketing Renault Asia Pacific, membenarkan pentingnya agresivitas brand Renault di Indonesia. Dia mengatakan, saat ini pasar automotif Indonesia memang dikuasai merek-merek Jepang.

“Tidak ada yang begitu kenal dengan Renault. Saya ingin secepatnya mengenalkan Renault ke Indonesia,” katanya. Dia berharap Maxindo Nusantara yang telah cukup lama eksis di pasar automotif Indonesia bisa mengakselerasi hal itu.

“Kami hanya ingin bekerja sama dengan pihak yang expert di pasar automotif Indonesia,” ujarnya. Andrew Limbert, Chief Executive Officer Maxindo Renault Indonesia, mengatakan, pihaknya memilih Renault karena Renault merupakan salah satu brand yang tergabung dalam aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi.

Dari aliansi ini, mereka akan mendapatkan banyak keuntungan, mulai kemudahan riset dan teknologi yang dikembangkan bersama, sharing platform, hingga pemanfaatan fasilitas produksi yang dimiliki masingmasing anggota aliansi.

“Apalagi, saat ini Renault mencetak sejarah, di mana selama 120 tahun perusahaan itu berdiri, mereka berhasil mencetak rekor penjualan tertinggi. Financial performance mereka juga terbaik dalam sejarah tahun 2018. Jadi, brand ini sangat spesial dan mengagumkan,” beber Limbert.

Saat ini Maxindo Renault Indonesia memang perlu kerja keras untuk menggaungkan kembali brand asal Prancis ini. Berbekal jaringan kuat yang telah dibentuk selama 45 tahun di Indonesia, dia yakin Renault akan bisa berbicara di pasar automotif Indonesia, setidaknya tidak seperti dulu lagi.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6417 seconds (0.1#10.140)