Tak Inovatif Apple Kian Tenggelam

Senin, 25 Februari 2019 - 07:51 WIB
Tak Inovatif Apple Kian Tenggelam
Tak Inovatif Apple Kian Tenggelam
A A A
NEW YORK - Peringkat Apple Inc sebagai perusahaan paling inovatif di dunia menurun drastis. Perusahaan raksasa teknologi raksasa itu jatuh 16 posisi dari posisi 1 tahun lalu ke posisi 17 tahun ini dalam daftar perusahaan paling inovatif di dunia versi majalah Fast Company.

“Apple tidak mampu menciptakan inovasi baru yang berdampak luas setahun terakhir. Di sisi lain, penjualan perangkat keras sedang melesu,” ujar redaktur senior Fast Company, Amy Farley, dikutip cnbc.com. “Tapi, Apple unggul dalam pengembangan dan pembuatan prosesor,” tambahnya.

Menurut Farley, Apple berhasil menciptakan prosesor yang mampu beroperasi dalam aktivitas data yang sangat intensif seperti kecerdasan buatan (AI), augmented reality (AR), dan fotografi tingkat tinggi. Inovasi tersebut menjadi salah satu aset Apple yang sangat berharga di pasar elektronik.

Pada tahun ini, Apple tersingkir oleh perusahaan China Meituan Dianping yang menduduki posisi puncak untuk pertama kali di Fast Company. Meituan Dianping merupakan perusahaan pembuat aplikasi mobile untuk layanan pemesanan kamar hotel, tiket bioskop, hingga pengantaran makanan.

Pada separuh tahun 2018, Meituan Dianping dilaporkan memfasilitasi 27,7 miliar transaksi senilai USD33,8 miliar untuk melayani 350 juta orang. Posisi kedua dalam daftar perusahaan paling inovatif di dunia 2019 diduduki Grab. Perusahaan yang berbasis di Singapura itu berhasil memperoleh pendapatan USD1 miliar pada 2018.

Fast Company juga memuji National Basketball Association (NBA) yang memecahkan rekor baru jumlah penonton dan pertumbuhan pelanggan streaming sebesar 3%. NBA bercokol di posisi ketiga dengan kenaikan pendapatan sebesar 25% setelah game NBA 2K masuk e-sport.

“NBA sangat cerdas dan cepat untuk menggandeng e-sport,” kata Farley. “Orang-orang di AS dan di seluruh dunia yang tidak pernah menonton NBA akan menjadi tertarik, bukan hanya dengan NBA, tapi juga klub NBA dan para pemainnya. Mereka akan merasa dekat,” papar Farley.

Berbicara tentang persaingan di bisnis streaming, The Walt Disney Company tidak terkalahkan, bahkan oleh Netflix. Walt Disney berencana menawarkan konten asli dan perpustakaan film Disney serta TV show terkenal di AS. Farley menyambut baik ide itu.

Stitch Fix yang berada di posisi 5 disebut sebagai perusahaan analisis data yang menyamarkannya dalam layanan penjualan busana. Stitch Fix mengirimkan penjahit kepada klien mereka. Hal itu diyakini untuk mengetahui tren masa kini, kegemaran setiap konsumen, dan keakraban.

Perusahaan yang didirikan pada 2017 itu menghasilkan USD1,2 miliar pada 2018 dengan pendapatan kuartal pertama awal tahun ini sekitar USD466 juta. Namun, saham Stitch Fix tidak stabil. Sahamnya sempat jatuh pada Desember 2018 setelah pertumbuhannya lambat.

Apple mengambil langkah tidak biasa dengan memangkas perkiraan penjualan pada kuartal pertama 2019. Ini merupakan imbas dari tergerusnya nilai pasar Apple dalam tiga bulan terakhir. Pada Oktober-Desember 2018 nilai pasar Apple anjlok 38% atau USD445,25 miliar atau setara Rp6.456 triliun (kurs Rp14.500 per dolar AS/USD).

Sebelumnya pada awal Oktober lalu, nilai pasar perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu mencapai rekor tertinggi, yakni USD1.120 miliar (sekitar Rp16.240 triliun). Namun pada Kamis (4/1) nilai pasar Apple turun menjadi USD674,75 miliar.

Kendati turun signifikan, nilai pasar Apple masih dua kali lebih besar dibandingkan nilai pasar perusahaan yang sudah berdiri lebih lama seperti Wells Fargo. Kapitalisasi pasar Apple juga tiga kali lebih besar dibanding kapitalisasi McDonalds dan lima kali lebih besar ketimbang kapitalisasi Costco.

Revisi perkiraan laba Apple diakui oleh Chief Executive Apple Tim Cook sebagai akibat dari melambatnya penjualan iPhone di China yang perekonomiannya terdampak perang dagang dengan AS. Pernyataan Cook itu menyebabkan saham Apple jatuh hanya dalam hitungan jam.

Para pemasok dilanda kecemasan karena menganggap produsen iPhone itu sedang dilanda masalah serius di pasar global. Pendapatan Apple juga jatuh pada kuartal keempat 2018. Hal ini menunjukkan perkembangan ekonomi China memberikan dampak yang sangat tajam dan besar terhadap perusahaan AS.

“Meski kami mengantisipasi beberapa tantangan di pasar utama yang sedang berkembang, kami tidak sadar dengan guncangan deselerasi ekonomi di China,” ujar Cook dalam surat kepada investor seperti dikutip Reuters.

Apple saat ini berada dalam posisi sulit di China yang menjadi pasar penjualan utamanya dan tempat produksi teraktif. Pasar China berkontribusi sekitar 15% dari total penjualan Apple di seluruh dunia.

Sejak Chief Financial Officer Huawei Technologies Co Ltd Meng Wanzhou ditangkap di Kanada pada akhir tahun lalu atas permintaan AS, sentimen negatif muncul dari konsumen China. Mereka mulai menjauh dari produk Apple.

Bahkan, sebelum itu, Apple secara bertahap mengalami penurunan jumlah penjualan mengingat produk Huawei lebih diminati di China. Cook menegaskan kepada CNBC bahwa produk Apple tidak didiskriminasi oleh Pemerintah China dan mendapat ruang kebebasan yang sama dengan para pesaingnya.

Namun masyarakat China tidak memiliki keinginan yang tinggi untuk membeli iPhone karena dianggap terlalu identik dengan AS yang terkenal agresif. “Ketegangan hubungan dagang antara China dan AS membuat kami semakin tergencet,” kata Cook.

Menurut para ahli, harga produk Apple pun tiga kali lebih mahal daripada produk lain. “Saya pikir Apple perlu melakukan penyesuaian harga,” ujar Kiranjeet Kaur dari firma riset IDC. Pasar smartphone di China mengalami penurunan tajam.

Selain Apple, pesaingnya dari Korea Selatan, Samsung Electronics Co Ltd, juga mengalami hal yang sama di China. Pertumbuhan performa penjualan kedua raja smartphone itu kalah jauh dari perusahaan lokal China seperti Huawei, Oppo, dan Lenovo.

Samsung menyatakan pada Desember tahun lalu akan menutup operasi satu pabrik telepon genggam mereka di Tianjin, China, setelah pangsa pasarnya jatuh menjadi 1% pada kuartal pertama 2018 dari 15% pada pertengahan 2013.

“Keputusan sulit ini kami keluarkan untuk mengefisienkan fasilitas produksi,” ungkap pernyataan resmi Samsung. Dalam suratnya kepada investor, Apple menurunkan perkiraan penjualan menjadi USD84 miliar pada kuartal pertama tahun ini dari sebelumnya USD89 miliar-93 miliar.

Pesimisme baru kali ini ditunjukkan Apple sejak merilis iPhone pada 2007. Saham Apple tergelincir sebesar 7,7% dalam hitungan jam hingga membuat nilai perusahaan jatuh di bawah USD700 miliar. Langkah yang diambil Apple bukanlah berita yang mengejutkan.

Pada November tahun lalu, firma Cupertino menyatakan akan berhenti memublikasikan data unit penjualan iPhone dan perangkat keras lainnya. Hal tersebut menyebabkan para pengamat mencurigai penjualan iPhone akan segera jatuh dalam waktu dekat.

Kecemasan juga melanda beberapa pabrik komponen smartphone. Kondisi itu kian membuat para pengamat pesimistis dengan prospek bisnis iPhone. Pada November 2018, Cook mengeluarkan pernyataan bahwa pertumbuhan penjualan di pasar yang sedang berkembang seperti Brasil, India, dan Rusia juga melambat signifikan

Kendati demikian Cook masih percaya diri dan optimistis akan meraih kesuksesan di China. Hal itu disampaikan Cook saat perang dagang AS dan China belum berdampak besar. Penurunan prediksi penjualan iPhone menunjukkan perusahaan multinasional besar sekelas Apple dapat terjatuh akibat melambatnya ekonomi China.

Perusahaan automotif seperti Ford Motor Co, Hyundai Motor Co, dan Nissan Motor Co Ltd juga sebelumnya menyatakan berencana memangkas jumlah produksi di China. Apple terancam mengalami kondisi yang lebih buruk karena harga premium yang saat ini ditetapkan dapat memperburuk bisnis iPhone di China.

“Bagaimana prospek masa depan Apple dalam jangka panjang di China jika strategi harga ini masih diterapkan?” kata pengamat James Cordwell dari Atlantic Equities. Pada kuartal keempat tahun lalu yang berakhir 29 September, penjualan unit iPhone berlangsung datar dan hanya meraup pendapatan sekitar USD166,7 miliar.

Kepala ekonom di Capital Investment Counsel Hal Eddins mengatakan, sebagai salah satu pemilik saham Apple, pihaknya merasa pesimistis atas apa yang disampaikan Tim Cook mengenai perang dagang antara AS dan China.

Sementara itu Presiden AS Donald Trump menegaskan tetap teguh dengan kebijakannya terhadap China. Dia menyatakan tidak khawatir dengan menurunnya harga saham Apple dan prediksi pendapatan perusahaan itu.

“Apple sudah sukses dan merupakan perusahaan besar. Mereka akan baik-baik saja. Tim Cook dan para karyawannya bisa meningkatkan produksi di negeri sendiri (AS),” ujar Trump. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2950 seconds (0.1#10.140)