Penggunaan Gadget Berlebihan Picu Tingginya Gangguan Mata Anak

Jum'at, 08 Maret 2019 - 12:05 WIB
Penggunaan Gadget Berlebihan Picu Tingginya Gangguan Mata Anak
Penggunaan Gadget Berlebihan Picu Tingginya Gangguan Mata Anak
A A A
JAKARTA - Gadget atau gawai kini sudah begitu dekat dengan anak-anak atau bahkan balita. Penggunaan gadget secara berlebihan dalam jangka panjang terbukti mengganggu penglihatan anak-anak. Dibutuhkan peran aktif para orang tua untuk mengatasinya. Dalam beberapa waktu terakhir, kasus anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan seperti mata minus merebak di berbagai daerah.

Di Tangerang Selatan (Tangsel) misalnya saat ini ada ratusan anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun yang mengalami gangguan mata. Dari jumlah itu sebagian penyebabnya akibat penggunaan gadget yang tidak terkontrol. Di sisi lain penggunaan gadget bagi anak-anak memang tak bisa dielakkan. Untuk menunjang kegiatan belajar, sejumlah sekolah mewajibkan pemakaian gadget seperti handpone dalam mengakses data, materi pelajaran, pelatihan soal, dan sebagainya.

“Pemakaian gadget dan teknologi tidak bisa terbendung. Namun saya mengimbau pema kaian gadget di sekolah diatur dan dikurangi. Di kelas misalnya, handphone tidak diizinkan dan hanya boleh digunakan untuk berkomunikasi dengan orang tua,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel Taryono.

Bersama Dinas Kesehatan Kota Tangsel, pihaknya belum lama ini menyerahkan bantuan kaca mata kepada ratusan siswa yang sudah mengalami gangguan penglihatan seperti minus. Kacamata tersebut donasi dari para pengusaha optik di Tangsel.

Santoso, warga di Kota Purwodadi, Kabupaten Grobogan, kini juga semakin selektif meminjamkan handphone kepada AN, 8, anaknya. Sebab belum lama ini AN diketahui mengalami mata minus karena kecanduan menggunakan handphone. “Saya dan istri sekarang lebih ketat. Paling 15 menit dalam sehari kita pinjami handphone,” ujar pemilik warung soto di Pasar Purwodadi ini.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok dr Sukwanto Gamalyono, MARS mengakui, kasus akibat dampak negatif gadget pada anak cukup banyak. Namun untuk data detail memang belum ada. Pemakaian gadget secara berlebihan jelas dapat menyebabkan lelah mata yang berdampak penglihatan bisa terganggu (minus). Dampak lainnya adalah peradangan mata.

“Saat ini kita sering lihat anak-anak, bahkan balita yang asyik berkutat dengan smartphone. Bahkan balita yang belum bisa membaca pun sudah hafal bagaimana cara mengakses video favoritnya,” katanya. Banyak kasus anak yang saking asyiknya memainkan gadget sampai lupa waktu dan terus-menerus tanpa jeda.

Bahkan beberapa anak memainkan gadget dengan posisi dekat dengan mata. “Kebiasaan menatap layar ponsel ternyata punya andil dalam masalah mata, terutama pada anak-anak,” ungkapnya. Menggunakan smartphone dalam kegiatan sehari-hari dan jarak dekat 30-40 cm akan menyebabkan kontraksi otot cilliaris di dalam bola mata atau yang dikenal dengan istilah akomodasi.

Terjadinya akomodasi berlebihan pada mata akan merangsang timbulnya mata minus. Apalagi anak-anak yang masih dalam usia tumbuh kembang. Kelelahan mata atau asthenopia memiliki keluhan serupa dengan orang dewasa. Bedanya anak-anak sering tidak memahami rasa lelah di mata yang mereka rasakan.

“Jika mata anak sudah berair, tampak lebih merah, sering dikucek, berkedip, atau anak mengeluh pusing, bisa jadi si kecil mengalami ke le lahan mata,” jelasnya. Menggunakan gadget juga dapat menyebabkan sinar biru yang dihasilkan masuk ke dalam bola mata baik retina maupun bagian lainnya.

Oleh karenanya ada baiknya anakanak dikurangi menggunakan gadget agar retina dan bagian dalam mata tidak terganggu fungsinya. Bahkan jika memang belum saatnya anak memegang gadget, ada baiknya jangan pernah diperkenalkan.

“Selain merusak mata, juga berdampak pada daya kognitif si anak. Dia jadi asyik dengan gadget dan kurang interaksi sosialnya,” ungkapnya. Dia menyarankan, jika memang terpaksa anak memegang gadget, waktu idealnya adalah memberikan jeda 10-15 menit dalam satu jam. Ini bertujuan mencegah matanya lelah akibat akomodasi otot mata yang terpapar.

Dia mengingatkan agar orang tua lebih berperan aktif dalam memberikan penggunaan gadget pada anak. Karena selain dampak yang ditimbulkan jangka pendek, ada juga dampak jangka panjangnya. Hal yang mungkin kurang disadari, yaitu soal sulitnya anak berkonsentrasi.

Ini menurut dia bisa jadi ada pengaruh dari penggunaan gadget berlebihan. Karena mata anak menjadi lelah dan penglihatan menjadi buram, anak akan sering mengeluh pusing saat harus melihat jauh. “Dampaknya anak jadi sulit konsentrasi. Jadi orang tua harus mengawasi penggunaan gadget pada anak agar kesehatan mata anakanak dapat terjaga dengan baik,” jelasnya.

Tren Meningkat di Dunia

Sebuah kajian yang dipublikasi di jurnal PLOS One menyebutkan, anak-anak sekolah yang menghabiskan waktu selama lebih dari tujuh jam dalam satu pekan menggunakan ponsel atau komputer juga berisiko mengalami rabun jauh. Tren penderita rabun jauh pun meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai solusinya, orang tua diminta mengatur waktu bagi anak-anak bermain gawai.

“Masalahnya bukan hanya pada gawai saja yang merusak kesehatan mata, tetapi anakanak juga tidak bermain di luar ruangan dan terkena terpaan sinar matahari,” kata Christopher Starr, pakar kesehatan mata dari Weill Cornell Medical Center di New York City, seperti dilansir CBS News.

Starr mengungkapkan, bermain di luar melindungi kesehatan mata anak-anak karena itu memicu zat kimia dopamine yang menjadikan mata lebih sehat. “Mata akan semakin banyak bergerak dan melihat jauh dan dekat karena beraktivitas di luar,” ujarnya. Banyak penelitian lain mengungkapkan rata-rata anak-anak berusia dua hingga delapan tahun menghabiskan waktu tiga jam di depan layar ponsel atau tablet.

Bukan hanya kesehatan mata, anakanak yang terlalu sibuk dengan gawainya juga bisa mengalami disleksia. Anak-anak menjadi kurang memiliki empati dan tidak peka terhadap faktor sosial di sekitarnya. Hal senada diungkapkan pakar kesehatan mata dari Sydney, Australia, Jim Kokkinakis.

Dia mengungkapkan, anak-anak yang sering menggunakan gawai berisiko mengalami kekeringan mata akibat sinar biru dari ponsel. “Banyak anakanak mengalami ketegangan mata karena terlalu lama di depan layar,” ujarnya seperti dilansir The Daily Telegraph. Dia menjelaskan tidak ada perlindungan terhadap sinar biru dari gawai. “Solusinya adalah mengurangi penggunaan ponsel,” jelasnya.

Dokter spesialis mata RS Mata Aini dr Prima Retnosuri, SpM menilai, jika gadget digunakan secara terus-menerus, apalagi sebelum tidur, anak akan kelelahan dan membuat mereka sulit tidur serta sulit bersosialisasi. Penggunaan gawai ini juga akan memberikan efek kelelahan pada mata, mata akan jadi kering, serta kelainan refraksi seperti mata minus.

Sinar yang berada di gadget dapat merusak mata anak. Ini karena biasanya anak bertatapan dengan sinar dari ponsel terlalu dekat dan anak sering bermain alat canggih itu. Kerusakan bisa dimulai dengan menggunakan kacamata minus di usia dini.

Dikutip dari Inquirer, “terpaan gadget yang dalam waktu panjang, misalnya penggunaan sepanjang hari, dapat menyebabkan mata sakit atau mata lelah, mata kering, pusing, sakit kepala, serta nyeri di leher, dan penglihatan kabur,” beber Dr Aileen J Azarcon, spesialis mata dan technical manager di Owndays Phils. dr Prima menyarankan agar anak usia 0-2 tahun sama sekali tidak diberi gadget.

Sementara anak usia 3-5 tahun maksimal 1 jam sehari. Aturan berbeda boleh diterapkan pada anak usia 6-12 tahun, yaitu dengan maksimal penggunaan gawai selama 2 jam. Adapun anak usia 13-18 tahun, sebaiknya berikan gawai dengan maksimal pemakaian 3 jam sehari. Jangan lupa juga untuk mengatur jarak antara gawai dan mata.

Menurut dr Prima, sebaiknya meletakkan gadget lebih rendah dari ketinggian mata sehingga mata pun akan jadi lebih nyaman. Pencahayaan ruangan juga berpengaruh, hin dari bermain gadget di tempat gelap serta aturlah level pencahayaan layar. Dia menyarankan agar anak lebih sering bermain di luar ruangan karena sinar matahari pagi bagus untuk mata.

Satu hal yang mungkin sudah sering ditinggalkan anak-anak di zaman milenial ini. Tak lupa dr Prima juga mengingatkan untuk mulai cek kesehatan mata di usia tiga tahun. Memang gadget acap kali dimanfaatkan sebagai media pengalih perhatian yang menyenangkan bagi anak. Lewat gadget mereka bisa bermain sealian belajar.

Namun selain mengganggu kesehatan mata, alat ini juga memberikan efek bagi perkembangan anak. Di antaranya speech delay atau keterlambatan bicara. “Penggunaan gadget pada anak 0-6 tahun meningkatkan risiko speech delay serta bisa merusak konsentrasi belajar dan menyebabkan obesitas,” ungkap dr Prima.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8341 seconds (0.1#10.140)