Wabah COVID-19 Berpotensi Lebih Mematikan Dibanding Flu 1918

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 04:40 WIB
loading...
Wabah COVID-19 Berpotensi Lebih Mematikan Dibanding Flu 1918
Bangsal flu Rumah Sakit Walter Reed di Washington D.C. saat merawat pasien selama pandemik flu 1918. Foto/Live Science/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Pandemik COVID-19 berpotensi menjadi lebih mematikan daripada pandemi flu 1918 . Ini adalah hasil sebuah studi baru . (Baca juga: Kenalkan, Ini Bathynomus "Serangga" Raksasa dari Laut Jawa )

Dikenang sebagai pandemik paling mematikan dalam sejarah, pandemik influenza 1918 menginfeksi sepertiga dari populasi dunia dan menewaskan sedikitnya 50 juta orang, dan sebanyak 675.000 di antaranya di AS. Data itu dibeberkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Laman Live Science melaporkan, saat itu belum ada vaksin dan antibiotik untuk mengobati infeksi sekunder yang muncul pada pasien flu. Namun masyarakat menerapkan tindakan seperti yang digunakan saat ini untuk mengekang penyebaran, seperti memberlakukan karantina dan mendukung kebersihan pribadi yang baik, menurut CDC.

Lebih dari seabad kemudian (saat ini), dunia telah menemukan dirinya dalam cengkeraman pandemik lain, yang satu ini disebabkan oleh virus Corona SARS-CoV-2. Dan masih belum jelas seberapa mematikannya.

Mnurut situs Johns Hopkins, virus itu sekarang telah menginfeksi setidaknya 22,2 juta orang dan telah merenggut setidaknya 783.525 nyawa di seluruh dunia.

Untuk membandingkan pandemik saat ini dengan abad lalu, sekelompok peneliti memusatkan perhatian pada sebagian dunia yang terpukul parah oleh kedua virus tersebut. Menurut Departemen Kesehatan dan Kebersihan Mental NYC, as, pada musim semi, SARS-CoV-2 menghantam Kota New York. Virus menyebabkan lebih dari 19.000 kematian yang diketahui dan lebih dari 4.600 kemungkinan kematian yang disebabkan oleh COVID-19.

Menggunakan data dari CDC, Departemen Kesehatan dan Kebersihan Mental New York dan Biro Sensus AS, para peneliti membandingkan tingkat kematian di Kota New York selama awal wabah COVID-19 dengan tingkat kematian selama puncak influenza H1N1 1918.

Para peneliti secara khusus menganalisis kematian dari semua penyebab di New York City pada bulan Oktober dan November 1918 -puncak pandemik influenza di kota tersebut- dan membandingkannya dengan semua penyebab kematian pada bulan yang sama sejak 1914. Mereka kemudian menghitung semua penyebab kematian selama 11 Maret-11 Mei 2020 di New York, ketika wabah COVID-19 memuncak dan mereda di sana. Jangka waktu yang mereka bandingkan masing-masing selama 61 hari.

Para peneliti memilih untuk membandingkan wabah awal di NYC dengan puncak flu 1918, daripada dengan gelombang influenza lebih ringan yang melanda pada musim semi 1918, sehingga "orang dapat mengetahui konteks seberapa seriusnya" wabah modern ini, kata penulis utama Dr Jeremy Faust, seorang dokter gawat darurat di Rumah Sakit Wanita dan Brigham di Boston.

Mereka menemukan bahwa selama puncak wabah influenza tahun 1918 di New York, total 31.589 kematian karena sebab apapun (termasuk kematian akibat sebab apapun) terjadi di antara 5,5 juta penduduk yang tinggal di sana pada saat itu. Angka kematian semuanya disebabkan pada puncak pandemik influenza pada 1918 adalah 2,8 kali lebih tinggi dibandingkan pada bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1289 seconds (0.1#10.140)