Robot Membantu Tugas Perawat di Rumah Sakit

Minggu, 14 April 2019 - 09:01 WIB
Robot Membantu Tugas Perawat di Rumah Sakit
Robot Membantu Tugas Perawat di Rumah Sakit
A A A
Sebuah robot pembantu di rumah sakit yang dirancang untuk membantu perawat, telah menyelesaikan uji coba pertamanya di rumah sakit Texas.

Dirancang oleh Diligent Robotics yang berbasis di Austin, robot ini terintegrasi dengan sistem otomatis di rumah sakit. Robot ini dipandang sebagai salah satu alat potensial untuk membantu meringankan ketegangan pada petugas kesehatan.

Perusahaan Diligent Robotics asal Amerika Serikat telah memperkenalkan robot pembantu untuk rumah sakit. Robot ini merupakan peningkatan dari manipulator seluler bernama Poli, yang dirancang untuk mengambil alih tugas logistik yang membosankan.

Dikenal dengan nama Moxi, robot ini jauh berbeda dari pendahulunya. Moxi menggunakan basis seluler Freight dari Fetch Robotics, tentang manipulasi dan interaksi antara manusia dan robot.

Moxi bukanlah robot pengganti manusia, melainkan mendukung orang dalam perannya. Ini membuat profesional kesehatan, seperti dokter, tidak harus bekerja terlalu keras, hingga melebihi batas waktu kerja yang ditentukan.

Secara signifikan, Moxi dibuat mirip dengan pola pikir manusia agar lebih mudah untuk berkomunikasi.

Robot bergerak secara otonom untuk menavigasi dan menghindari rintangan. Robot ini diberikan lengan Kinova Jaco dan Adaptive Gripper untuk mengambil barang yang dibutuhkan. Barang tersebut kemudian dijatuhkan ke wadah penampungan barang yang menjadi satu dengan tubuhnya.

CEO Diligent Robotics, Andrea Thomaz mengungkapkan, bagaimana robot ini dapat mendukung tugas-tugas dalam industri kesehatan. Dia juga berharap Maxi tidak dianggap sebagai ancaman untuk tenaga medis manusia.

“Prioritas kami sejak awal adalah membuat para profesional kesehatan menikmati dan merasa didukung dalam pekerjaan mereka lagi, mengingat banyak orang melihat kecerdasan buatan (AI) sebagai ancaman profesional daripada alat (kesehatan),” kata Andrea, dikutip dari spectrum.

Namun, semakin banyak penelitian yang dilakukan oleh Andrea dan tim, semakin banyak pula tanggapan positif dari staf perawat. Mereka lebih percaya untuk meningkatkan peran staf klinis, daripada menggantikan peran.

“Kami lebih percaya diri dalam visi kami untuk Moxi saat membantu para staf menjaga tanggung jawab logistik sehingga mereka dapat menghabiskan lebih banyak waktu bersama pasien,” tambah CEO itu.

Pelanggan pertama perusahaan ini telah memvalidasi perlunya robot untuk dapat beradaptasi dengan setiap lokasi. Lingkungan fisik untuk navigasi dan manipulasi dalam mendukung tugas khusus perlu disesuaikan dengan alur kerja setiap unit.

“Satu harapan yang kami konfirmasikan adalah navigasi dengan tingkat akurasi milimeter belum terpecahkan dan kami sudah menemukan solusi dengan visi manipulasi berulang,” Ungkap Andrea.

Mereka mempelajari setiap lingkungan perawatan yang berbeda sehingga membutuhkan berbagai macam pengindraan.

Secara khusus, mereka bereksperimen dengan sensor yang memiliki skala, resolusi, dan jarak yang berbeda. “Kami memanfaatkan fusi sensor dan persepsi multimodal untuk memungkinkan Moxi memahami setiap lingkungan semi-terstruktur,” tambah Andrea.

Tim Diligent Robotics melakukan beberapa perubahan dari Poli ke Moxi. Ide ini berfokus pada pembuatan robot yang terasa lebih alami dan mudah diterima oleh orang-orang yang bersinggungan langsung. Keterbatasan desain Poli membuat tim meningkatkan desain pada robot lanjutannya.

Faktor keamanan dan kenyamanan menjadi prioritas tim, termasuk orientasi asli ruang kerja lengan. Ukuran Moxi tidak jauh berbeda dengan Poli, hanya lebih ramping, sehingga tidak menghalangi gerak perawat kesehatan yang sibuk.

Ukuran ini membuat Moxi merasa lebih nyaman dan merupakan bagian dalam tim. Dalam tahap uji coba sebelumnya, tim menambahkan Velodyne Puck (VLP-16), yaitu sensor gerak. Jadi, sensor di kepala Moxi bertambah satu, selain sensor kamera RGB-D.

“Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, ini adalah salah satu sensor gabungan yang kami gabungkan agar Moxi lebih memahami lingkungannya,” tambah Andrea. Untuk persepsi rentang yang lebih dekat, Andrea memilih Intel RealSense sebagai pengganti sensor Kinect yang digunakan pada Poli.

Ia melakukan pembandingan dengan berbagai kamera RGB-D dan menemukan ini adalah yang terbaik di pasaran untuk saat ini. Melalui karya brilian desainer Carla Diana, Moxi memiliki fitur desain yang lembut, terpadu, dan bulat.

Hal ini terasa lebih alami di lingkungan manusia dan tidak mengganggu. Andrea memperkenalkan Moxi dan menunjukkan desain, kepribadian, dan fungsi dasarnya. Dia ingin menggunakannya untuk menunjukkan bagian dan kualitas Moxi saat bekerja bersama dalam sebuah tim.

“Gagasan bahwa robot tidak harus menakutkan dan terisolasi, tetapi mereka dapat dan ramah sebagai anggota fungsional tim,” tambahnya.

Moxi mampu menyelesaikan tugasnya dari ujung ke ujung. Ia tidak membutuhkan bantuan di kedua ujung aksinya, karena lengannya mampu mengambil sesuatu dan melepaskan tanpa bantuan.

Selain itu, Moxi memiliki kemam puan untuk memverifikasi genggaman yang gagal dan mencobanya lagi jika diperlukan. Semua sistem ini sudah cukup berhasil memanipulasi berbagai tugas, terutama para profesional kesehatan yang bertanggung jawab. (Fandy)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8349 seconds (0.1#10.140)