40 Gunung Berapi Berpotensi Berkekuatan Seperti Anak Krakatau

Senin, 15 April 2019 - 13:05 WIB
40 Gunung Berapi Berpotensi Berkekuatan Seperti Anak Krakatau
40 Gunung Berapi Berpotensi Berkekuatan Seperti Anak Krakatau
A A A
LONDON - Para peneliti memperingatkan ada sekitar 40 lokasi gunung berapi yang dapat berpotensi memiliki kekuatan seperti Anak Krakatau.

Studi yang dilakukan para peneliti menunjukkan 40 gunung berapi di berbagai penjuru dunia dapat memicu gelombang laut sama dengan ukuran dan kekuatan tsunami Anak Krakatau yang menewaskan 437 orang di Indonesia tahun lalu.

Para peneliti mempelajari letusan Anak Krakatau dengan sejumlah simulasi baru sehingga dapat memahami lebih baik tentang bagaimana letusan itu dapat mengakibatkan bencana berskala besar. “Dengan jutaan orang yang tinggal di wilayah pantai, temuan ini menegaskan perlunya memperbaiki sistem peringatan bencana untuk meng hadapi tsunami yang dipicu gunung berapi,” ungkap para peneliti dalam studi itu. Pada 22 Desember 2018 Anak Krakatau di Selat Sunda meletus setelah setengah tahun menunjukkan aktivitas vulkanik.

Selama letusan dua pertiga bagian pulau vulkanik itu lenyap ke laut, dengan total 300 juta meter kubik batuan longsor ke laut. Longsor di bawah permukaan laut itu menjadi salah satu gangguan di laut yang memicu gelombang tsunami. Gelombang arus bawah laut (tidal) itu melintasi Selat Sunda hanya berlangsung dalam beberapa menit.Saat tiba di pantai, tsunami membawa gelombang laut setinggi 13 meter. Korban tewas mencapai 437 orang dan sekitar 14.000 orang lainnya terluka saat tsunami menerjang pantai di Provinsi Banten dan Lampung. Totalnya sekitar 33.000 orang mengungsi akibat bencana itu. Ini menjadikan Anak Krakatau sebagai letusan vulkanik paling mematikan pada abad ke-21.
Nama Anak Krakatau itu menunjukkan bagaimana gunung itu muncul setelah letusan historis pada 1883 yang menghancurkan Pulau Krakatau. Berbagai tsunami yang terjadi juga mengakibatkan sekitar seperempat juta korban tewas dalam dua dekade terakhir.

Kini tim peneliti dari Inggris, Indonesia, dan Amerika Serikat (AS) menciptakan model rinci pertama yang menunjukkan apa yang terjadi saat Anak Krakatau meletus, mengakibatkan gelombang tsunami yang besar. Simulasi ini berdasarkan survei topografi dan citra pasca letusan, dan para pakar menggabungkan sejumlah model gerakan batuan dan air.

Tim menemukan bahwa longsor dari Anak Krakatau jatuh ke bawah permukaan laut yang dalam di bagian barat daya, dengan bagi an dasar memiliki kedalaman 220 meter di bawah permukaan laut. Lereng bawah air yang mengeliling palung, ditambah pergeseran di bagian barat daya gunung itu, menciptakan celah yang tidak stabil selama evolusi pulau. Semua kondisi itu mengakibatkan pulau itu runtuh dan membuang material batuan ke palung.

Dalam simulasi para peneliti memprediksi bahwa guguran material itu menciptakan sejumlah gelombang laut yang berdampak pada wilayah pesisir di sekitarnya. Gelombang kedua dan ketiga akan menjadi yang terbesar sesuai simulasi para peneliti.

Temuan ini pun serupa dengan keterangan para saksi mata tentang kedatangan tsunami dan catatan yang diperoleh empat alat pengukur pasang surut air laut yang berada di sekitar selat Sunda. “Salah satu aspek dari berbagai kejadian seperti Anak Krakatau adalah kita sekarang menyadari bahaya yang ada dan ada jutaan orang yang hidup dekat banyak gunung berapi,” papar pakar geologi laut dan Kepala Peneliti Survei Geologi Inggris, David Tappin, setelah memaparkan hasil penelitian itu saat pertemuan tahunan Persatuan Geosains Eropa di Wina pekan lalu.Dia menambahkan, “Sistem peringatan di semua lautan dunia didasarkan pada gempa bumi besar. Sejumlah gunung berapi masih sedikit dipahami. Tapi, saya tidak yakin siapa pun benar-benar telah melihat bahaya yang mengancam manusia dari sejumlah letusan gunung.”
Tappin memperingatkan, sistem peringatan bencana yang ada sekarang tidak didesain untuk menghadapi berbagai kejadian seperti longsor material Anak Krakatau. “Tiba-tiba kita menyadari ancaman tsunami ini dan berharap kita akan melakukan sesuatu tentang itu,” paparnya.

“Anak Krakatau sangat penting karena tiba-tiba kita memiliki kejadian yang dapat kita pelajari.” Menerapkan berbagai temuan itu pada gunung berapi dekat laut lain, Tappin memperingatkan ada sekitar 40 lokasi gunung berapi lain yang dapat berpotensi seperti Anak Krakatau. “Ini kembali menunjukkan kurangnya persiapan berbagai negara yang terancam oleh berbagai tsunami dan menyoroti pentingnya mitigasi dan peringatan dini yang lebih baik,” ujarnya. (Syarifuddin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8463 seconds (0.1#10.140)