Bos Telegram Kritik Soal Keamanan di WhatsApp

Sabtu, 18 Mei 2019 - 17:01 WIB
Bos Telegram Kritik Soal Keamanan di WhatsApp
Bos Telegram Kritik Soal Keamanan di WhatsApp
A A A
MOSCOW - Bos Telegram Pavel Durov, menyatakan bahwa celah keamanan yang baru saja terjadi pada WhatsApp, membahayakan privasi 1,5 miliar penggunanya. Bahkan, menurutnya insiden ini bukan yang terakhir, bisa jadi akan ada yang lebih buruk.

Kritik ini datang ketika aplikasi pesan instan milik Facebook itu bisa meretas apa yang ada di ponsel pengguna, mulai dari foto dan video pribadi, email, hingga pesan singkat.

Dalam sebuah posting blog berjudul 'Why WhatsApp Will Never Be Secure', Durov menguraikan semua alasan dia tidak terkejut dengan skandal privasi terbaru.

"WhatsApp memiliki sejarah yang konsisten dari semenjak berdiri dengan nol enkripsi, hingga memiliki solusi keamanan untuk keperluan pengawasan. Namun, hingga 10 tahun mereka berdiri, layanan mereka masih juga belum aman," tulisnya dikutip dari Independent, Sabtu (18/5/2019).

Aplikasi ini bukanlah perangkat lunak dengan jenis sumber terbuka, sehingga peneliti keamanan tidak bisa dengan mudah memeriksa celah keamanan dalam software-nya.

Hal ini memungkinkan pemerintah dan peretas membuat pintu belakang untuk menuju aplikasi dan melewati segala lapisan keamanan.

WhatsApp memperkenalkan enkripsi ujung ke ujung untuk setiap bentuk komunikasi pada aplikasi pada tahun 2016, yang bertujuan mencegah pesan dibaca oleh siapa pun selain dari orang yang mengirim dan orang yang menerimanya.

Namun para pakar keamanan mengklaim bahwa hanya mengandalkan enkripsi ujung ke ujung saja tidak cukup untuk melindungi privasi dan keamanan pengguna aplikasi pesan.

"Peretasan yang terbaru ini menunjukkan bahwa enkripsi tidak seaman yang dipikirkan orang. Serangan ini tidak merusak atau memecahkan enkripsi karena menyerang ponsel secara langsung. Sehingga hacker dapat mengakses data sebelum dan sesudah di-enkripsi," kata Richard Dennis seorang pakar keamanan.

Juru bicara WhatsApp mengatakan bahwa kelemahan itu teridentifikasi di awal bulan ini dan perbaikan software telah dirilis. Perusahaan telah mendorong pengguna untuk meningkatkan WhatsApp ke versi terbaru, meski tidak ada jaminan bahwa peretasan tidak akan terjadi di masa depan.

Disatu sisi, Telegram juga aplikasi yang penuh dengan kontroversi. Telegram menghadapi perselisihan dengan rezim otoriter yang berujung dilarang di beberapa negara, termasuk di negara asalnya, Rusia.

Selain Rusia, Iran juga turut melakukan penolakan terhadap aplikasi tersebut, yang disebabkan karena Telegram menolak melemahkan keamanannya dan tidak memungkinkan pemerintah mendapat akses ke masyarakat.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3072 seconds (0.1#10.140)