Google Kumpulkan Wajah Tunawisma untuk Uji Face Unlock Pixel 4

Minggu, 06 Oktober 2019 - 23:15 WIB
Google Kumpulkan Wajah Tunawisma untuk Uji Face Unlock Pixel 4
Google Kumpulkan Wajah Tunawisma untuk Uji Face Unlock Pixel 4
A A A
MOUNTAIN VIEW - Pada bulan Juli, Google merilis video yang mengonfirmasi seri Pixel 4 akan dilengkapi fitur Face Unlock (buka kunci wajah) yang lebih aman. Sekitar sepekan sebelum video itu disebarluaskan, tersiar kabar adanya sebuah proyek yang telah dimulai Google terkait sistem pengenalan wajah.
Google Kumpulkan Wajah Tunawisma untuk Uji Face Unlock Pixel 4

Untuk menguji dan meningkatkan Face Unlock yang lebih canggih ini, Google mengunjungi kota-kota besar dengan handset Pixel 4 yang disembunyikan. Mereka pun menyiapkan imbalan kartu hadiah Amazon atau Starbucks senilai Rp70.000 bagi pihak yang mau "mengumpulkan" wajah narsis dan dalam video secara acak. Program yang tampaknya tidak berbahaya ini sebenarnya memiliki nada rasial, menurut New York Daily News.

Laman Phone Arena melaporkan, subjek acak menunggu dalam antrean untuk mendapatkan kartu hadiah Starbucks. Mereka dikumpulkan oleh pekerja sementara Google yang diminta mencari tunawisma dan orang-orang dengan kulit gelap untuk data pembuka kunci smartphone.
Google Kumpulkan Wajah Tunawisma untuk Uji Face Unlock Pixel 4

Rupanya, teknologi pengenalan wajah saat ini mempunyai masalah ketika mengidentifikasi pengguna dengan kulit yang lebih gelap. Untuk memastikan bahwa ganjalan ini tidak menimbulkan masalah pada fitur Face Unlock yang akan memulai debutnya pada lini Pixel 4, maka Google membuat basis data untuk para tunawisma di Atlanta.

Selain para gelandangan, Google diduga juga mengambail data wajah dari mahasiswa di kampus yang ada di AS. Laporan itu mencatat, pekerja sementara yang mengumpulkan basis data untuk Google dikenal sebagai TVCs, akronim yang menunjukkan bahwa orang-orang ini bekerja sementara, kontraktor atau vendor.
Google Kumpulkan Wajah Tunawisma untuk Uji Face Unlock Pixel 4

Pekerja sementara itu dibayar melalui perusahaan pihak ketiga yang disebut Randstand. Dan mereka menunjukkan bahwa Google menggunakan metode menyesatkan untuk mendapatkan gambar-gambar ini.

Salah satu TVC mengatakan kepada surat kabar setempat, "Kami diberitahu untuk tidak memberi tahu (orang) bahwa itu adalah video, meskipun akan mengatakan di layar bahwa video diambil. Jika orang tersebut melihat layar itu setelah tugas selesai telah selesai, dan berkata, 'Oh, apakah itu merekam video?' ... kami diperintahkan untuk mengatakan, 'Oh, tidak juga'."

"Kami secara teratur melakukan studi penelitian sukarela. Untuk penelitian terbaru yang melibatkan pengumpulan sampel wajah untuk pelatihan pembelajaran mesin, ada dua tujuan. Pertama, kami ingin membangun keadilan dalam fitur membuka kunci wajah Pixel 4. Sangat penting kami memiliki sampel beragam, yang adalah bagian penting dalam membangun produk inklusif," kata Google terkait teknologi Face Unlock.
Google Kumpulkan Wajah Tunawisma untuk Uji Face Unlock Pixel 4

Para pekerja sementara diajari untuk mempercepat subjek mereka melalui pertanyaan survei dan pergi tanpa meninggalkan rasa curiga. Mereka juga diberitahu untuk menargetkan para tunawisma karena cenderung mendekati media tentang program tersebut.

Tenaga lepas itu juga diberitahu untuk menargetkan mahasiswa karena mereka hidup dengan anggaran hidup yang ketat dan akan tertarik dengan kartu Starbucks seharga Rp70.000. Seperti yang dikatakan salah satu TVC, "Mereka (Google) sangat menyadari semua cara Anda dapat memberikan insentif kepada seseorang dan benar-benar mengasah konteks orang tersebut untuk membuatnya hampir tak tertahankan."

Pekeja lainnya berkata, "Saya merasa mereka ingin kita memangsa yang lemah."

Bagaimana respons para "korban"? Kelly Yam,18 tahun, mengatakan, pihak ketiga hanya mengatakan, "'Apakah Anda ingin masuk survei? Kami akan memberi Anda kartu hadiah Starbucks'. Kami harus mengikuti titik dengan hidung kami. Saya melakukan tindakan mengangkat telepon ke wajah saya. Mungkin lain kali Saya akan lebih sadar. Saya kebanyakan tergoda oleh kartu hadiah. Mereka mengatakan itu adalah survei dan kami pikir mereka adalah siswa. Saya tidak berpikir saya bahkan menyadari ada formulir persetujuan."

Bentuk perjanjian yang seharusnya ditandatangani oleh subjek menyatakan bahwa Google dapat menjaga citra wajah mereka dan informasi lain "selama diperlukan untuk memenuhi tujuan yang diperkirakan sekitar lima tahun". Dia juga mencatat bahwa Google dapat mengumpulkan data penelitian, yang akan membuat mereka yang berpartisipasi anonim. Namun, di bawah perjanjian, "tidak ada batasan untuk berapa lama atau dengan cara apa Google dapat menyimpan, menggunakan atau berbagi data agregat".

Perjanjian tersebut menambahkan, Google dapat menyimpan data, menggunakan atau berbagi data yang secara pribadi mengidentifikasi atau mengagregasi tanpa batasan untuk tujuan apa pun.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6982 seconds (0.1#10.140)