CEO Kevin Mayer Mundur, Kesepakatan Penjualan TikTok Diumumkan Pekan Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Langkah TikTok mempekerjakan Kevin Mayer sebagai CEO pada bulan Mei lalu dianggap sebagai tipu muslihat. "Jurus" itu dikeluarkan guna membendung serangan Pemerintah Amerika Serikat (AS) karena memiliki perusahaan induk berbasis di China . (Baca juga: Karyawan TikTok Ajukan Gugatan Terpisah untuk Donald Trump )
Mayer sendiri sebelumnya telah bekerja untuk layanan streaming Disney, Disney + (Plus). Eksekutif yang membangun aplikasi video berbayar milik Disney itu tahu bahwa hari-harinya di TikTok kemungkinan bakal dihitung sejak Presiden AS, Donald Trump memaksa ByteDance, perusahaan China pemilik TikTok untuk melepaskan operasi AS yang terakhir pada 15 September atau menghadapi larangan nasional.
Mayer menulis surat kepada stafnya sebelum berangkat di mana dia mengatakan, bahwa peran CEO di TikTok diharapkan berubah secara dramatis. The Wall Street Journal melihat salinan catatan yang berbunyi, 'Saya memahami bahwa peran yang saya daftarkan'— =termasuk menjalankan TikTok secara global— akan terlihat sangat berbeda sebagai akibat dari tindakan Pemerintah AS untuk mendorong aksi jual bisnis di AS. Saya selalu fokus secara global dalam pekerjaan saya, dan memimpin tim global yang menyertakan TikTok AS adalah daya tarik besar bagi saya," tambahnya
Rencananya, Mayer akan mengumumkan kepergiannya pada saat TikTok mengumumkan penjualan. Namun kabar tentang niat Mayer bocor dalam semalam memaksanya untuk berterus terang tentang niatnya lebih awal dari yang dia harapkan. Beberapa staf ByteDance mengatakan bahwa mereka terkejut dengan langkah Mayer dan mengatakan bahwa mereka tidak melihatnya datang.
Seperti banyak perusahaan teknologi China yang mencoba beroperasi di AS, pemerintah saat ini menuduh TikTok sebagai ancaman keamanan nasional karena mungkin meneruskan data ke Beijing terkait konsumen dan perusahaan AS. ByteDance mengatakan, TikTok hanya menggunakan dua server untuk menyimpan data pribadi dengan yang utama di AS dan server cadangan yang bertempat di Singapura.
Tapi kepergian Mayer bahkan bukan berita utama yang melibatkan TikTok pagi ini. Itu karena CNBC melaporkan bahwa kesepakatan untuk menjual operasi aplikasi di AS, Kanada, Australia, dan Selandia Baru dapat diumumkan secepatnya, pekan depan.
Mereka yang tahu masalah ini mengatakan, Microsoft dan Oracle adalah pesaing utama untuk mencapai kesepakatan dan keputusan akhir belum dibuat. Sebelumnya, Twitter telah menjajaki membuat penawaran seperti halnya kemitraan yang terdiri dari Walmart dan SoftBank. Nilai kesepakatan apa pun bisa berkisar antara USD20 miliar hingga USD30 miliar, tetapi sumber mengatakan harga akhir belum disepakati. (Baca juga: Tambah 11 Kasus Positif Baru, Bogor Masuk Daerah Berisiko Tinggi Covid-19 )
Jika tidak tercapai kesepakatan penjualan dan Pemerintah AS melarang TikTok, maka ada 1.500 orang Amerika akan kehilangan pekerjaannya. TikTok juga mencatat ada 10.000 orang Amerika akan kehilangan kesempatan untuk dipertimbangkan memiliki kerja baru untuk aplikasi tersebut.
Mayer sendiri sebelumnya telah bekerja untuk layanan streaming Disney, Disney + (Plus). Eksekutif yang membangun aplikasi video berbayar milik Disney itu tahu bahwa hari-harinya di TikTok kemungkinan bakal dihitung sejak Presiden AS, Donald Trump memaksa ByteDance, perusahaan China pemilik TikTok untuk melepaskan operasi AS yang terakhir pada 15 September atau menghadapi larangan nasional.
Mayer menulis surat kepada stafnya sebelum berangkat di mana dia mengatakan, bahwa peran CEO di TikTok diharapkan berubah secara dramatis. The Wall Street Journal melihat salinan catatan yang berbunyi, 'Saya memahami bahwa peran yang saya daftarkan'— =termasuk menjalankan TikTok secara global— akan terlihat sangat berbeda sebagai akibat dari tindakan Pemerintah AS untuk mendorong aksi jual bisnis di AS. Saya selalu fokus secara global dalam pekerjaan saya, dan memimpin tim global yang menyertakan TikTok AS adalah daya tarik besar bagi saya," tambahnya
Rencananya, Mayer akan mengumumkan kepergiannya pada saat TikTok mengumumkan penjualan. Namun kabar tentang niat Mayer bocor dalam semalam memaksanya untuk berterus terang tentang niatnya lebih awal dari yang dia harapkan. Beberapa staf ByteDance mengatakan bahwa mereka terkejut dengan langkah Mayer dan mengatakan bahwa mereka tidak melihatnya datang.
Seperti banyak perusahaan teknologi China yang mencoba beroperasi di AS, pemerintah saat ini menuduh TikTok sebagai ancaman keamanan nasional karena mungkin meneruskan data ke Beijing terkait konsumen dan perusahaan AS. ByteDance mengatakan, TikTok hanya menggunakan dua server untuk menyimpan data pribadi dengan yang utama di AS dan server cadangan yang bertempat di Singapura.
Tapi kepergian Mayer bahkan bukan berita utama yang melibatkan TikTok pagi ini. Itu karena CNBC melaporkan bahwa kesepakatan untuk menjual operasi aplikasi di AS, Kanada, Australia, dan Selandia Baru dapat diumumkan secepatnya, pekan depan.
Mereka yang tahu masalah ini mengatakan, Microsoft dan Oracle adalah pesaing utama untuk mencapai kesepakatan dan keputusan akhir belum dibuat. Sebelumnya, Twitter telah menjajaki membuat penawaran seperti halnya kemitraan yang terdiri dari Walmart dan SoftBank. Nilai kesepakatan apa pun bisa berkisar antara USD20 miliar hingga USD30 miliar, tetapi sumber mengatakan harga akhir belum disepakati. (Baca juga: Tambah 11 Kasus Positif Baru, Bogor Masuk Daerah Berisiko Tinggi Covid-19 )
Jika tidak tercapai kesepakatan penjualan dan Pemerintah AS melarang TikTok, maka ada 1.500 orang Amerika akan kehilangan pekerjaannya. TikTok juga mencatat ada 10.000 orang Amerika akan kehilangan kesempatan untuk dipertimbangkan memiliki kerja baru untuk aplikasi tersebut.
(iqb)