Kursi Roda Berlengan Robot untuk Disabilitas

Sabtu, 29 Agustus 2020 - 12:45 WIB
loading...
Kursi Roda Berlengan Robot untuk Disabilitas
Foto: dok/TheRoboticReport.com
A A A
PARA peneliti di Neuro-Biomorphic Engineering Lab di Universitas Terbuka Israel sedang mengembangkan lengan robotik yang dipasang di kursi roda. Lengan ini untuk membantu pasien yang mengalami cedera tulang belakang dalam melakukan tugas sehari-hari. (Baca: Memanas, China Usir Kapal Perang AS dari Laut China Selatan)

Proyek ini akan menggunakan pendanaan dan teknologi dari Accenture PLC serta teknologi neuromorfik Intel Corp dan dukungan algoritmik Applied Brain Research Inc. Perusahaan ini telah mengumumkan untuk mendukung proyek melalui Intel Neuromorphic Research Community (INRC).

Pengembangan lengan robotik akan dievaluasi secara klinis dan diuji kepada anak-anak di Rumah Sakit ALYN. Rumah sakit itu dikenal sebagai pusat rehabilitasi komprehensif untuk anak-anak cacat, remaja dan dewasa paling maju di Israel.

Mengutip laman The robot report, lebih dari 75 juta orang diseluruh dunia membutuhkan kursiroda untuk mobilitas. Sebagian di antara mereka ada juga yang tidak sanggup menggerakkan organ bagian atas seperti tangan.

Bagi mereka yang mengalami cedera neuromuskuler atau sumsum tulang belakang, akan susah menggerakkan seluruh tubuhnya. Tugas mendasar seperti minum dari cangkir atau makan dengan sendok pun hampir tidak mungkin dilakukan. Ini menjadi tantangan terpenting mereka agar dapat memiliki kemampuan untuk menjangkau dan memanipulasi objek secara akurat dan konsisten.

Kursi Roda Berlengan Robot untuk Disabilitas


Hasil penelitian menunjukkan bahwa robotika mampu mengisi celah untuk melakukan beberapa tugas yang tidak bisa dilakukan sebelumnya. Lengan robotik yang dipasang pada kursi roda memberikan peningkatan rasa kemandirian bagi pengguna dan mengurangi kebutuhan waktu pengasuh hingga 41%.

Namun, teknologi ini masih tergolong sangat mahal sehingga tidak dapat diakses oleh sebagian besar orang yang membutuhkannya. Mahalnya perangkat ini disebabkan oleh suku cadang yang mengharuskan lengan robot dapat beradaptasi dengan pengguna dan lingkungan secara real time.

“Kemampuan lengan robotik untuk memberi manfaat bagi orang-orang saat ini, sebagian besar terbatas karena biaya tinggi dan konsumsi daya yang berlebihan,” kata Elishai Ezra Tsur, peneliti utama proyek di Universitas Terbuka Israel.

Tingginya harga komponen lengan robot membuat para peneliti harus berpikir ekstra bagaimana cara menurunkan biaya yang dibebankan untuk satu perangkat. Mereka pun mencari alternatif dengan dana tambahan dari Intel dan ABR (Applied Brain Research) untuk mendukung penelitian tersebut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2134 seconds (0.1#10.140)