Libas Tanjakan Tajam Belik di Jalur Pemalang-Purbalingga

Senin, 24 Februari 2020 - 20:01 WIB
Libas Tanjakan Tajam Belik di Jalur Pemalang-Purbalingga
Libas Tanjakan Tajam Belik di Jalur Pemalang-Purbalingga
A A A
JAKARTA - Pantai Indah Widarapayung, Binangun, Cilacap, Jawa Tengah pernah porak-poranda diterjang tsunami pada 2006 silam. Tiang beton roboh yang dibiarkan teronggok di bibir pantai menjadi monumen betapa dahsyatnya gelombang laut menggulung daratan di selatan Provinsi Jawa Tengah tersebut.

Matahari sudah mulai condong ke arah barat saat SINDonews sampai di objek wisata di Cilacap timur tersebut, beberapa waktu lalu. Pancaran sinarnya tak begitu menyengat ketika turun dari mobil DFSK Glory 580 yang diparkir tepat di depan Monumen Tsunami. Angin sepoi terasa semilir sambil menyelipkan aroma khas pesisir.

Suasana menjelang sore itu cukup ceria. Tak ada kesedihan tertinggal di sana. Para pedagang tersenyum lebar menyambut para wisatawan yang mampir di warung untuk mengisi perut atau sekadar makan mendoan sambil menyeruput es teh. Pengunjung juga santai bermain air di bibir pantai seraya menunggu matahari terbenam.

Waktu 13 tahun tampaknya telah mampu mengusir kenangan kelam saat tsunami terjadi pada 17 Juli 2006 silam. Ketika gelombang setinggi 5-7 meter tiba-tiba menerjang daratan dengan segenap kekuatannya memporak-porandakan sepanjang pesisir selatan Cilacap. Lebih dari seratus orang meninggal dunia karena tak sempat menyelamatkan diri. Nama-nama korban itu tertulis di Monumen Tsunami yang berada di dekat mobil SUV keluaran Dongfeng Sokon (DFSK) terparkir.

Tsunami terjadi juga menjelang sore setelah gempa dahsyat 7,7 Skala Richter (SR) di Pengandaran, Jawa Barat. Gelombang tinggi tiba-tiba muncul dari Pangandara ke arah Cilacap. Kota Cilacap 'selamat' karena terlindungi Pulau Nusakambangan, tapi wilayah di garis pantai sepanjang 200 km ke arah timur luluh lantak, termasuk Pantai Widarapayung.

"Waktu itu, semua orang panik menyelamatkan diri. Warga berbondong-bondong dari Selatan ke utara hingga 10 kilometer lebih," kata warga Danasri Lor, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Ahmad Rofik menceritakan kejadiannya.

Cukup merinding mendengarkan cerita tsunami dahsyat yang pernah terjadi di Cilacap. Sama seperti ketika mengetahui rute perjalanan bersama Glory 580 dari pantura Pemalang ke selatan Jawa Tengah melalui jalan tembus pegunungan. Jalanannya kelak-kelok dan naik turun membuat sedikit ciut nyali. Apalagi mobil produksi China tersebut diisukan tidak kuat menanjak.

SINDOnews sempat berpikir memutar lewat Tegal untuk ke jalur selatan Jawa Tengah yang jalannya relatif landai. Namun, secara jarak, perjalanan akan lebih jauh dan tidak efektif, sehingga akhirnya diputuskan tetap melalui jalan tembus pegunungan. Selain memangkas jarak dan waktu, ini juga kesempatan untuk membuktikan apakah benar isu mobil DFSK kurang bisa diajak menanjak.

Dari Kota Pemalang, Glory 580 dipacu ke arah selatan naik menuju Randudongkal. Jalanannya terasa landai tapi sebenarnya naik sedikit demi sedikit dan belum terlalu banyak tikungan. Mobil yang dibekali dengan mesin 1,5 turbo ini enak melaju di tengah jalanan yang sepi. Areal persawahan dan kebun milik warga menjadi pemandangan menyejukkan di sepanjang perjalanan. Pengaturan MID yang berada di setir memudahkan pengendara mobil berbobot 1.510 kg (Curb Weight) ini memilih lagu-lagu kesukaan di radio sebagai teman di perjalanan.

Degdegan mulai merasuk ketika memasuki rute Randudongkal-Belik-Purbalingga. Tanjakan dan tikungan tajam banyak tersebar di rute ini. Transmisi matik yang disematkan di Glory 580 tipe Luxury menjadi salah satu faktor, khawatir terjadi permasalahan di tanjakan.

Namun kekhawatiran itu sirna. Mobil SUV dengan tujuh seat ini enak-enak saja di tanjakan. Tenaganya tetap perkasa saat menanjak tanpa sedikit pun kedodoran. Glory 580 telah dilengkapi fitur Hill Hold Control (HHC) yang membantu menjaga mobil dalam kondisi diam (sekitar 3-4 detik) di tanjakan, saat kaki pengemudi berpindah dari pedal rem ke gas. Transmisi matik dengan sistem VVT juga membuat perpindahan gigi cukup halus.
Libas Tanjakan Tajam Belik di Jalur Pemalang-Purbalingga

Electric Power Steering (EPS) yang disematkan di sistem kemudi juga membuat Glory 580 sangat nyaman untuk meliak-liuk di tikungan jalan yang terkadang hampir 90 derajat. Setir cukup ringan untuk menggerakkan ban 225/60 yang membalut pelek 17 inci meski dalam kecepatan sedang.

Saat turunan, rem juga bekerja dengan baik. Setiap roda Glory 580 telah dipasangi rem cakram dengan sistem ABS, EBD, dan BA, sehingga tidak khawatir terperosok ke jurang yang banyak tersebar di sepanjang jalan.

Sekitar satu jam, perjalanan telah sampai di Kota Purbalingga. Jalanan landai dan ramai kendaraan. Meski berbadan bongsor, Glory 580 sangat lincah selap-selip di antara kendaraan lain menuju Banjarnegara. Kondisi jalan yang tidak terlalu mulus, karena banyak tambalan, enak saja dilibas mobil keluaran 2018 yang telah dilengkapi suspensi MacPherson Independent di depan dan torsion beam di belakang. Penumpang pun nyaman-nyaman saja duduk di dalamnya.

Sejenak menikmati buah durian di Banjarnegara, perjalanan kembali dilanjutkan ke Cilacap. Waktu sudah cukup malam. Beruntung Glory 580 memiliki lampu depan LED Daytime Running yang bisa disetel level ketinggaiannya. Lampu yang telah menggunakan proyektor dengan fitur headlamp height adjusment mampu memberikan penerangan yang baik bagi pengemudi. Lampu belakang Glory 580 juga menggunakan high mount brake lamp yang memudahkan pengemudi lain melihat posisi kendaraan dari belakang.

Dengan kawalan lampu yang menerangi perjalanan malam, akhirnya SINDOnews sampai di Cilacap dengan selamat tanpa terperosok di lubang yang ada di beberapa titik jalan.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7627 seconds (0.1#10.140)