Ternyata Pasar Ponsel Pintar di Indonesia Kebal Pandemi

Selasa, 15 September 2020 - 11:15 WIB
loading...
Ternyata Pasar Ponsel Pintar di Indonesia Kebal Pandemi
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 berdampak pada semua industri; tidak hanya industri kesehatan, tetapi juga teknologi. Selama tujuh bulan terakhir, pasar smartphone di Asia Tenggara turun hingga 20%. Hal tersebut terungkap dalam penelitian terbaru dari perusahaan riset GfK.

Padahal, sebelumnya sektor ponsel cerdas di Asia Pasifik termasuk yang paling bergairah di seluruh dunia. Ini karena banyaknya penduduk di usia muda, banyaknya pilihan merek ponsel yang membanjiri pasar, karakter warga Asia yang memang sangat tertarik dengan teknologi, bahkan banyak yang baru beralih ke ponsel pintar. (Baca: Berikut Sebaran Penambahan Kasus Corona di 34 Provinsi)

Sayangnya, pandemi Covid-19 tetap bisa membuat gairah pasar Asia Tenggara teredam. Pasar yang selama bertahun-tahun secara konsisten terkerek, kini harus terhempas dan tumbang.

Pada Januari–Juli 2020, nilai pasar smartphone menyusut hingga 20% di angka USD119 miliar. Angka itu USD30 miliar lebih rendah dari periode yang sama pada 2019 silam. Padahal, seandainya tidak ada pandemi, bukan tidak mungkin pada 2020 nilai pasar smartphone di Asia Pasifik akan melampaui USD150 miliar.

Secara keseluruhan, konsumen Asia Pasifik membeli sekitar 329 juta unit ponsel cerdas. Angka ini turun 97 juta unit dibanding pada 2019. Dari hasil riset Point of Sales smartphone di Asia Pasifik, GfK mencatat bahwa Taiwan adalah satu-satunya pasar yang masih menghasilkan pertumbuhan marjinal (1%).

Sementara penjualan ponsel di 15 negara di Asia Pasifik lainnya jeblok yang terlihat dari penurun nilai pasar. Penurunannya pun variatif. Mulai Thailand yang turun 7% hingga India dan Singapura terparah dengan penurunan mencapai 42%.

Sebagai pasar pertama yang terdampak pandemi, di luar dugaan ternyata pasar smartphone di China berhasil pulih lebih cepat dibanding pasar utama lainnya di kawasan Asia. Nilai penjualan keseluruhannya pada Januari–Juli mencatat dampak paling kecil, yaitu -15% dibandingkan Korea Selatan (-17%), dan Jepang (-33%) dan India (-42%). (Baca juga: Sunan Giri Pendakwah Pertama di Bumi Kalimantan)

Alexander Dehmel, Market Insights Lead APAC GfK mengatakan, pasar smartphone di Asia Pasifik terpukul paling parah pada kuartal kedua, terutama ketika banyak negara melakukan lockdown. Ternyata memang lockdown memiliki dampak sangat besar terhadap perputaran ekonomi, terutama keinginan konsumen untuk membeli ponsel baru.

”Kami melihat saat itu ada tren baru yang muncul, yakni perubahan belanja konsumen untuk membeli produk-produk yang berkaitan dengan rumah. Misalnya untuk bekerja, memasak, atau hiburan di rumah. Justru malah semakin menjauh dari gadget yang berhubungan dengan mobilitas, misalnya smartphone atau perangkat wearable, dapat dikenakan, lainnya,” beber Alexander.

Catatan lain dari GfK adalah beralihnya minat konsumen untuk memilih ponsel 5G, khususnya di negara-negara yang sudah menyediakan jaringan tersebut, seperti China dan Korea. Menurut GfK, volume ponsel 5G mengalami penetrasi setiap bulannya, bahkan sudah mencapai 51% dan 40% di China dan Korea Selatan pada Juli.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2424 seconds (0.1#10.140)