Aplikasi Rapat Digital Butuh Solusi Keamanan Siber Mumpuni

Senin, 04 Mei 2020 - 14:52 WIB
loading...
Aplikasi Rapat Digital Butuh Solusi Keamanan Siber Mumpuni
Penggunaan aplikasi video conference gratis semacam Zoom membutuhkan solusi keamanan digital yang mumpuni. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Jutaan pekerja mengikuti imbauan work from home (bekerja dari rumah) dari pemerintah guna memutus penyebaran COVID-19. Mereka pun terdorong untuk menggunakan aplikasi layanan rapat maupun pertemuan online guna memuluskan tugas.

Nah lonjakan pengguna aplikasi rapat online ikut memunculkan kekhawatiran terkait keamanan siber (cyber security) seiring meningkatnya kesadaran tentang privasi data pribadi.

Kasus kebocoran data pribadi dan serangan siber yang sempat mencuat timbul kembali dan menjadi perhatian khusus sejumlah pihak. Bahkan, sejumlah lembaga dan kementerian secara tegas melarang pekerjanya menggunakan salah satu aplikasi rapat online karena kekhawatiran tentang keamanan siber. (Baca juga: Zoom Kembali Bermasalah, 500.000 Data Pengguna Dijual Murah di Dark Web )

Hasil riset perusahaan security global, Check Point, juga mewanti-wanti adanya aksi serangan siber yang mungkin terjadi akibat lonjakan penggunaan aplikasi rapat online yang tidak memiliki proteksi enkripsi end-to-end. Check Point menjabarkan bahwa 90% serangan siber dimulai dengan phishing, yang sebagian besar bermuara pada minimnya kepatuhan terhadap standar dasar keamanan siber.

Agus F Abdillah, Chief of Products and Services Officer Telkomtelstra, menilai, kesadaran keamanan siber memang wajar terjadi seiring meningkatnya kebutuhan bekerja secara virtual secara masif, terutama melakukan pertemuan online. Para pengguna aplikasi meeting online ini memiliki kesadaran akan keamanan yang berbeda-beda, namun pastinya tetap menuntut prioritas keamanan siber yang optimal.

“Saat ini berbagai perusahaan teknologi berlomba-lomba untuk menangkap peluang teknologi rapat online yang sedang dibutuhkan konsumen global. Namun, para pengguna harus jeli dalam melihat dampak keamanan siber dari platform yang digunakan,” ujarnya di Jakarta, Senin (4/6/2020).

Agus memberikan sejumlah tips untuk memastikan keamanan platform dalam aktivitas rapat online. Pertama, mencermati standar keamanan aplikasi rapat online yang digunakan meskipun layanan itu tidak berbayar atau gratis. Konsumen harus secara detail mempelajari informasi dan persyaratan serta panduan penggunaannya.

“Karena bersifat layanan gratis, sering kali platform rapat online yang digunakan meminta dan mengumpulkan informasi pengguna sebanyak-banyaknya. Pastikan Anda mengetahui pengaturan keamanan pada platform yang dipakai sehingga dapat menjaga privasi Anda seoptimal mungkin. Tujuannya tidak lain untuk memproteksi hal-hal sensitif dan informasi berharga yang disampaikan dalam rapat Anda,” paparnya.

Kedua, sambung dia, pengguna perlu mempelajari rekam jejak platform rapat online. “Apakah pernah ada malware ataupun berita kebocoran keamanan terkait dengan layanan itu? Karena itu, perlu dicari platform yang dapat memberikan informasi terperinci tentang komitmen mereka terhadap keamanan siber, dan yang mengharuskan peserta untuk terus melakukan update di sistem secara berkelanjutan untuk meningkatkan keamanan,” saran Agus.

Ketiga, apakah platform rapat online itu menyediakan enkripsi dari ujung ke ujung (end to end)? Akses WiFi publik juga dapat membuat data pengguna rentan terhadap serangan man-in-the-middle. Dengan tidak adanya proteksi enkripsi end-to-end yang terstandarisasi, risiko peretasan semakin tinggi mengingat potensi aksi penyusupan dalam rapat online yang digelar secara private.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1882 seconds (0.1#10.140)