Enggak Mau Rugi, Sony Ajukan Lisensi ke AS untuk Topang Huawei

Selasa, 06 Oktober 2020 - 14:11 WIB
loading...
Enggak Mau Rugi, Sony Ajukan Lisensi ke AS untuk Topang Huawei
Dua perusahaan Jepang, termasuk Sony, mengajukan lisensi untuk memasok perangkat kamera dan memori ke Huawei agar terhindar dari kerugian. Foto/Ist
A A A
TOKYO - Pengenaan sanksi aktif terhadap Huawei oleh Pemerintah AS menunjukkan bahwa pembatasan tidak memberikan hasil yang positif. Bukan hanya perusahaan China yang merugi, tapi juga perusahaan global . (Baca juga: Terkendala Jaringan, Tiga Rekomendasi FSGI untuk Mengatasi Masalah PJJ )

Misalnya, perusahaan Jepang yang memasok chip ke Huawei menghadapi risiko kehilangan pendapatan miliaran dolar AS. Agar tidak merugi, menurut data terbaru, perusahaan Jepang Sony dan Kioxia telah mengajukan izin kepada Amerika Serikat untuk terus berbisnis dengan Huawei. Patut dicatat, Intel telah menerima lisensi untuk memasok chipset ke raksasa China itu.

Sebagai pengingat, Huawei adalah salah satu mitra terkemuka Sony dalam sensor kamera. Perusahaan Jepang lainnya, Kioxia, adalah salah satu produsen chip memori flash terkemuka di dunia.

Laman Japan Today melaporkan, Kioxia, anak perusahaan Toshiba, telah memperingatkan bahwa pembatasan pasokan untuk Huawei dapat menyebabkan kelebihan pasokan kartu memori. Karena ketidakpastian saat ini, perusahaan harus menunda rencana pengeluaran yang sudah jadi untuk beberapa miliar dolar AS.

Akibatnya, Sony harus memangkas rencana pengeluarannya selama tiga tahun sebelumnya. Karena saat ini terdapat defisit beberapa miliar dolar lantaran ketidakmampuan untuk memasok sensor kamera ke Huawei. (Baca juga: WHO: Satu dari 10 Orang Mungkin Terkena Covid, Dunia Masuk Masa Sulit )

Menariknya, kedua perusahaan ini bukan satu-satunya yang akan "menyelamatkan" bisnis Huawei. Pesaing utama perusahaan China, Samsung Electronics juga mengajukan diri.

Samsung Tumbuh, Huawei Jatuh, dan Apple di Posisi Ketiga
Pada akhir Agustus, Samsung kembali memimpin pasar smartphone. Menurut analis di Counterpoint Research, raksasa Korea Selatan itu menguasai 22% pasar perangkat seluler.

Ini bukan prestasi yang buruk. Paruh pertama tahun ini cukup sulit bagi semua perusahaan akibat pandemik dan krisis virus Corona. Tetapi tampaknya situasinya secara bertahap mereda.

Sanksi AS ikut memicu penurunan permintaan produk Huawei, yang pada akhir bulan sebelumnya menempati posisi kedua dengan pangsa pasar 16%. Ingatlah, perusahaan China ini telah menjadi pemimpin pasar di antara produsen smartphone sejak April 2020.

Keberhasilan Samsung ditopang pasar India, di mana mereka berhasil mengonsolidasikan posisinya. Tetapi di sana, politik memengaruhi kesuksesan perusahaan di pasar lokal.

Perasaan anti-China dalam beberapa bulan terakhir akibat konflik wilayah antara India dan China telah menyebabkan peningkatan permintaan produk Samsung. Di India juga terjadi pemboikotan barang-barang China secara besar-besaran. (Baca juga: Elon Musk Dipercaya AS Bangun Satelit Canggih Pelacak Rudal Balistik Musuh )

Di urutan ketiga pada akhir Agustus ada Apple, yang sahamnya diperkirakan naik mencapai 12%. Sedangkan baris keempat dari tabel jajaran produsen smartphone terbesar di dunia diambil oleh Xiaomi, yakni 11%.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2256 seconds (0.1#10.140)