Kontroversial, Studi Sebut Sekolah Bisa Dibuka karena Bukan Hotspot COVID-19

Senin, 02 November 2020 - 20:20 WIB
loading...
Kontroversial, Studi Sebut Sekolah Bisa Dibuka karena Bukan Hotspot COVID-19
Seorang siswa SD mengikuti proses belajar mengajar di sebuah warung kopi yang menyediakan Wifi gratis. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Data yang dikumpulkan dari pelosok dunia menunjukkan bahwa sekolah bukanlah titik panas (hotspot) untuk infeksi virus Corona . Terlepas dari kekhawatiran, infeksi COVID-19 tidak melonjak ketika sekolah dan pusat penitipan anak dibuka kembali setelah pandemik mereda. (Baca juga: MDMC Muhammadiyah Sarankan Keluarga Ikut Urus Jenazah Covid-19 )

Dan ketika wabah benar-benar terjadi, kebanyakan hanya mengakibatkan sejumlah kecil orang menjadi sakit. Namun penelitian juga menunjukkan anak-anak dapat tertular virus dan melepaskan partikel virus. Dan anak-anak yang lebih besar lebih mungkin menularkannya kepada orang lain daripada anak-anak kecil.

Para ilmuwan mengatakan, alasan tren ini tidak jelas, tapi memiliki implikasi kebijakan bagi anak-anak dan guru. "Sekolah dan pusat perawatan anak tampaknya menyediakan pengaturan yang ideal untuk mencegah penularan virus Corona karena kelompok besar berkumpul di dalam ruangan untuk waktu yang lama," kata Walter Haas, ahli epidemiologi penyakit menular di Robert Koch Institute di Berlin.

Namun, secara global, infeksi COVID-19 masih jauh lebih rendah pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. "Mereka tampaknya lebih suka mengikuti situasi daripada mengendarainya," ujarnya lagi

Bukti Sekolah Bisa Dibuka
Data yang dikumpulkan secara global sebelumnya menunjukkan sekolah dapat dibuka kembali dengan aman ketika transmisi komunitas rendah.

Tetapi bahkan di tempat-tempat di mana infeksi komunitas sedang meningkat, wabah di sekolah jarang terjadi, terutama ketika tindakan pencegahan diambil untuk mengurangi penularan. Lebih dari 65.000 sekolah di Italia dibuka kembali pada bulan September. Tetapi hanya 1.212 kampus yang mengalami wabah pada empat minggu kemudian. Dalam 93% kasus, hanya satu infeksi yang dilaporkan, dan hanya satu sekolah menengah yang memiliki kelompok lebih dari 10 orang yang terinfeksi.

Di negara bagian Victoria, Australia, di mana gelombang kedua infeksi COVID-19 melonjak pada Juli, wabah besar yang terkait dengan sekolah dan pusat penitipan anak juga jarang terjadi, meskipun sekolah hanya buka sebagian. Dua pertiga dari 1.635 infeksi COVID-19 di sekolah terbatas pada satu kasus, dan 91% melibatkan kurang dari 10 orang.

"Di Amerika Serikat, penularan komunitas tetap tinggi di banyak tempat ketika sekolah mulai dibuka kembali pada bulan Agustus. Sedangkan proporsi infeksi pada anak-anak terus meningkat," sebut Ashlesha Kaushik, seorang dokter anak di Sioux City, Iowa, dan Juru Bicara American Academy dari Pediatri, seperti dilansir dari Nature.com.

Tetapi tidak jelas seberapa sering wabah yang berasal dari sekolah berkontribusi pada transmisi komunitas, karena faktor lain, termasuk pelonggaran pembatasan bisnis dan pertemuan, juga berkontribusi pada penyebaran komunitas. "Peningkatan pengujian nanti dalam pandemi mungkin juga meningkatkan jumlah kasus," ujarnya.

Data tentang wabah sekolah di Inggris juga menunjukkan bahwa orang dewasa sering kali menjadi yang pertama terinfeksi. Sebagian besar dari 30 wabah sekolah yang dikonfirmasi pada bulan Juni melibatkan penularan antar anggota staf, dan hanya 2 yang melibatkan penyebaran siswa-ke-siswa.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1412 seconds (0.1#10.140)