Konsumen China Tak Setia dengan Mobil Buatan Sendiri

Senin, 16 November 2020 - 19:30 WIB
loading...
Konsumen China Tak Setia dengan Mobil Buatan Sendiri
China merupakan pasar otomotif terbesar di dunia. Berbagai merek di dunia bahkan dari Korea Selatan ikut ambil bagian di China. Foto / IST
A A A
BEIJING - Konsumen China ternyata punya masalah kesetiaan yang kronis. Demikian dilaporkan Nikkei Asia baru-baru ini. Meski saat ini penjualan otomotif China telah kembali rebound, pasca pandemi Covid-19, preferensi konsumen China terhadap produk otomotif ternyata tidak pernah berubah. Mereka lebih memilih mobil merek luar negeri ketimbang buatan dalam negeri. (Baca juga : Hyundai N, Mobil Performa Tinggi Buat Orang Tak Mampu )

Ambil contoh penjualan sedan terlaris di China beberapa bulan lalu, dimana sepuluh besar didomnasi oleh mobil-mobil buatan luar negeri China seperti Toyota, Nissan, Honda, Volkswagen dan General Motors. Kontras dengan penjualan Hongqi yang jadi mobil nasional China yang hanya mampu terjual sebanyak 130.000 unit dalam sembilan bulan belakangan ini. Pencapaian itu hanya mencapai sekitar satu persen dari total market China.

"Di banyak negara, brand-brand lokal selalu mendominasi pasar. Untuk China, sepertinya akan terjadi sangat lama," ucap Stephen Dyer, Managing Director AlixPartners di Shanghai.

Ironis karena China diketahui menjelma menjadi pasar otomotif besar dunia pada 2009. Momen itu harusnya jadi kesempatan buat mobil-mobil domestik China mendapatkan kesempatan untuk maju. Hanya saja saat itu merek mobil domestik justru jauh dari kata kompetitif hingga kini. (Baca juga : CEO Daimler : 5 Tahun Kedepan Mercedes akan Jadi Perusahaan Kecil)

Padahal sejak 1994, China sudah menyiapkan langkah yang panjang dalam berbisnis otomotif. Dalam rencana itu China menargetkan tiga hingga empat otomotif merek China akan mampu memiliki kualitas dan daya saing internasional. "Dan mereka diharapkan mampu bergabung dalam kompetisi internasional," tulis Nikkei Asia.

Kolaborasi dengan merek-merek asing justru tidak sesuai harapan. Awalnya kerja sama itu diharapkan mampu meningkatkan kemampuan industri manufaktur merek-merek lokal. Hanya saja China tidak mengantisipasi selera konsumen China yang akhirnya malah terlanjur menyukai mobil-mobil bermerek luar negeri. Dalam benak mereka merek-merek luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik ketimbang merek buatan dalam negeri. Di saat yang bersamaan merek-merek lokal sudah keenakan bekerja sama dengan merek asing.

"Mereka jadi kebanyakan sungkan karena merek asing membuat mereka banyak menerima keuntungan. Mereka merasa tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk mengembangkan model baru dengan merek mereka sendiri," ucap Rachel Miu, analis otomotif dari DBS Bank.

Presiden China, Xi Jinping memang memahami adanya gap yang besar antara mobil domestik China dengan mobil merek luar negeri. Untuk itu dia berharap industri manufaktur China semakin diperkuat dengan riset dan pengembangan. "Kita harus memperkuat dan mengembangkan kemampuan riset kita dalam bidang teknologi inti dan komponen. Dengan itu merek-merek nasional akan semakin besar dan kuat," kata Xi Jinpingn seperti dikutip Xinhua News Agency.

Hanya saja keinginan Xin Jinping untuk mengembangkan merek domestik sepertinya masih setengah hati. Pasalnya menurut Nikkei Asia, tahun depan merek-merek asing yang bekerja sama dengan merek domestik China bisa meningkatkan saham mereka sehingga memiliki kontrol penuh dalam kebijakan penjualan otomotif di China.
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1510 seconds (0.1#10.140)