Satam Belitung, Bukti Indonesia Simpan Banyak Kekayaan dari Angkasa

Jum'at, 20 November 2020 - 20:13 WIB
loading...
Satam Belitung, Bukti Indonesia Simpan Banyak Kekayaan dari Angkasa
Pulau Lengkuas dari Pantai Tanjung Kelayang, Belitung. FOTO/ DOK SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kabar Josua Hutagalung yang dikabarkan kaya mendadak akibat batu meteor yang menimpa rumahnya pada bulan Agustus 2020 lalu menarik perhatian banyak pihak.

Berkunjung ke Pulau Belitung (propinsi Bangka Belitung) adalah kesempatan tak terlewatkan, apalagi bagi peneliti geologi.

SINDOnews
mengutip dari berbagai sumber, Bongkah-bongkah batu granit Belitung berusia sangat tua, merentang masa sejak 250 juta tahun silam hingga 65 juta tahun silam.

Bongkahan-bongkahan granit tersebut dulunya terbentuk dalam batolit, yang merupakan bagian dapur magma, pada kedalaman berpuluh kilometer dari paras Bumi. BACA JUGA - Simpan Benda Angkasa Paling Dicari, Anak Medan Ini Usik Astronom Dunia

Pendinginan perlahan-lahan dan pengangkatan kerak Bumi secara gradual dalam masa berpuluh juta tahun kemudian membuat batolit terangkat ke paras Bumi untuk kemudian terkuak manakala erosi membuka selapis demi selapis tanah penutupnya.

Batu Satam pertama kali ditemukan di Pulau Belitung di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit pada 1973. Batu ini ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang timah beretnis China di kedalaman 50 meter.

Konon penamaan Batu Satam ini didasarkan pada nama penemunya yang terdiri dari dua suku kata, yaitu 'Sa' yang berarti pasir dan 'Tam' yang berarti empedu. Sehingga Satam memiliki arti empedu pasir. Batu Satam juga memiliki beberapa nama yakni Taktite dan Billitonit.

Istilah Taktite ini digunakan oleh para ilmuan yang meneliti Batu Satam, sedangkan istilah Billitonit digunakan oleh seorang peneliti dari Belanda bernama Wing Easton untuk menyebut "batu dari Belitung Timur".

Wing Easton melakukan penelitian terhadap Batu Satam sekitar 1922. Batu satam juga sudah diuji oleh Fakultas MIPA Universitas Padjajaran dan Laboratorium Kimia Mineral dan Lingkungan. Menurut penelitian ilmiah, konon sekitar 700 ribu tahun lalu, sebuah meteor jatuh ke bumi Indonesia. Meteor inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Batu Satam.

Suara dentuman t muncul, apabila benda apapun yang jatuh dari langit, sampai ke permukaan bumi serta melihat dari sejarah, Belitung masuk dalam catatan lokasi jatuhnya batu meteor.

Fenomena sekelebat cahaya dan suara dentuman menghebohkan masyarakat Pulau Belitung dan bahkan diketahui sampai ke Pulau Bangka. Cahaya tersebut sangat terang, berwarna kuning kemerahan, dan menghilang di langit dengan buntut berapi.

Sebagai informasi, seperti dilansir The Sun harga meteorit yang dimiliki orang Medan ini dihargai 757 Poundsterling (Rp 14,1 juta) per gram di sebuah situs jual-beli online. Artinya, harga batu meteor seberat 1.800 gram yang dijual Josua bisa mencapai hampir 1,4 juta Poundsterling atau setara dengan Rp 26 miliar.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1965 seconds (0.1#10.140)