Rencana Redupkan Matahari Tuai Kritik dan Penuh Kontroversi

Minggu, 29 November 2020 - 21:07 WIB
loading...
Rencana Redupkan Matahari Tuai Kritik dan Penuh Kontroversi
ilustrasi matahari. FOTO/ IST
A A A
CAPE TOWN - Rencana gila para ilmuwan untuk meredupkan matahari guna menyelamatkan bumi dari perubahan iklim menurut para ilmuwan mempunyai alasan sendiri.
BACA JUGA - 10 Merek Jam Tangan Mahal dengan Harga Melebihi Mobil SUV

Tim peneliti dari Universitas Cape Town mengatakan Temuan kami menunjukkan bahwa menjaga suhu rata-rata global pada level 2020 melalui SAI akan mengimbangi proyeksi risiko abad akhir dari kekeringan level-Zero Day sekitar 90 persen, menjaga risiko kekeringan serupa dengan level saat ini. BACA JUGA - Perjuangan Rolex Kuasai Dunia Horology hingga Berlabel Jam Orang Sukses

Proses yang disarankan oleh penelitian adalah bentuk 'geoengineering' yang disebut manajemen radiasi matahari (SRM). Ini adalah ide yang kontroversial, dan telah dikritik karena berisiko, dan gagal mengatasi akar penyebab perubahan iklim. Baca Juga - Fakta Rolex Green Submariner di Lingkaran Dugaan Korupsi Edhy Prabowo

Makalah tahun 2018 yang diterbitkan oleh Climate Analytics memperingatkan bahwa gagasan tersebut mewakili 'gangguan yang berpotensi berbahaya dengan sistem iklim.'

(Baca juga : Trump Sebut Twitter sebagai Ancaman Terhadap Keamanan Nasional )

SRM akan sangat mengubah sistem iklim yang menghasilkan 'pemenang' dan 'pecundang' di berbagai wilayah dan dengan tingkat penyebaran yang berbeda. Oleh karena itu, kemungkinan besar akan menjadi sumber konflik besar-besaran antar negara.

Menurut The Mail & Guardian, para peneliti Universitas Cape Town mengakui proposal mereka berisiko, dan menekankan bahwa SRM adalah salah satu dari sejumlah ide yang dapat dipertimbangkan ketika mencari cara untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

(Baca juga : Khamenei Serukan Aksi Balas Dendam atas Kematian Fakhrizadeh )

Ironisnya, memompa emisi bahan bakar fosil dalam jumlah besar ke udara adalah penyebab utama kekacauan ini, jadi sebelum negara-negara mulai melepaskan lebih banyak lagi awan gas ke atmosfer, mungkin ada baiknya mempertimbangkan beberapa opsi lain terlebih dahulu.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1471 seconds (0.1#10.140)