Pengembang Indie Tarik Game dari Steam karena Aksi Black Lives Matter

Kamis, 18 Juni 2020 - 03:03 WIB
loading...
Pengembang Indie Tarik Game dari Steam karena Aksi Black Lives Matter
Sebagai bentuk kekecawaan atas terdiamnya Valve terkait aksi Black Lives Matter, beberapa pengembang indie memutuskan untuk menarik game miliknya dari Steam. Contohnya yang dilakukan oleh Julian Glander, pencipta game Art Sqool dan Lovely Weather We’re Ha
A A A
WASHINGTON - Seperti diketahui, pembunuhan terhadap George Floyd yang dilakukan secara brutal oleh polisi, menimbulkan gelombang protes di banyak tempat. Aksi ini menyerukan Black Lives Matter, untuk menolak diskriminasi terhadap warga kulit hitam, tidak hanya di Amerika, tetapi juga di seluruh dunia.

Banyak industri ikut mendeklarasikan dukungan serupa. Tidak terkecuali datang dari industri game. Namun, ternyata tidak semua satu suara. Misalnya, Valve yang cenderung diam melihat aksi ini. (Baca: Maskapai Dapat Lampu Hijau Naikan Harga Tiket Pesawat)

Sebagai bentuk kekecawaan atas terdiamnya Velve, beberapa pengembang indie memutuskan untuk menarik game miliknya dari Steam. Contohnya yang dilakukan oleh Julian Glander, pencipta game Art Sqool dan Lovely Weather We’re Having.

Glander mengirimkan pesan kepada Valve dan mengutarakan kekecawaannya atas terdiamnya perusahaan asal Amerika Serikat itu, atas aksi Black Lives Matter. Dia juga meminta dua game yang dibuatnya untuk ditarik dari Steam. (Baca juga: Pasar Automotif Baru Pulih Tahun Depan )

Pesan tersebut kemudian dibagikan Glander melalui akun Twitter miliknya. Dia juga meminta pengembang game indie lain untuk mengikuti jejaknya. Tak lama kemudian, kedua game dari Glander pun menghilang dari katalog Steam.

“Malam ini saya menarik semua game saya dari @steam dan saya tidak ingin menerbitkannya lagi. Saya mendesak pengembang game indie lain untuk bergabung dengan saya,” tulis Glander, beberapa waktu lalu.

Aksi Glander ternyata disambut oleh pengembang game indie lainnya. Pemilik game Ghost Time Games dan Dan Sanderson memutuskan mengambil sikap yang sama.

“Saya telah dapatkan USD1000 dari penjualan game, dan meninggalkan penghasilan itu membuat saya tidak nyaman. Tetapi jika saya terus mengambil untung dari store mereka, maka saya adalah bagian dari aksi diam mereka melawan kebencian,” tegas Gabriel Koening dari Ghost Time Games.

Meski keluar dari Steam, masih ada store lain seperti Epic Games dan berbagai store digital lainnya. Artinya, pengembang game indie tidak begitu saja kehilangan ladang untuk mencari nafkah mereka.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1332 seconds (0.1#10.140)