Mark Zuckerberg Kehilangan Rp100 Triliun akibat Aksi Boikot Iklan di Facebook

Senin, 29 Juni 2020 - 14:48 WIB
loading...
Mark Zuckerberg Kehilangan Rp100 Triliun akibat Aksi Boikot Iklan di Facebook
Mark Zuckerberg dilaporkan kehilangan kekayaan sekitar USD7 miliar atau sekitar Rp100 triliun, lantaran harga saham perusahaan yang anjlok beberapa waktu lalu, akibat aksi boikot perusahaan besar beriklan di Facebook. FOTO/ IST
A A A
MENLO PARKW - Beberapa merek besar dunia melakukan aksi boikot dengan menghentikan memasang iklan di Facebook. Aksi ini terbilang efektif, karena langsung terimbas pada kekayaan bos Facebook, Mark Zuckerberg.

Mark dilaporkan kehilangan kekayaan sekitar USD7 miliar atau sekitar Rp100 triliun, lantaran harga saham perusahaan yang anjlok beberapa wakt lalu. BACA JUGA - Dynamic Shield Pajero Sport Facelift Ujian Berat Fortuner 2020

Mengutip dari Phone Arena, Senin (29/6/2020), semua kekayaan Mark memang berasal dari saham perusahaan yang didirikannya itu. Meski kehilangan kekayaan sebesar itu, Mark tetap memiliki jumlah kekayaan USD82,3 miliar atau sekitar Rp1170 triliun. BACA JUGA - Beda Jauh dari yang Sekarang, Toyota Fortuner 2020 Terlihat di Dealer-Dealer

Merespon kejadian ini, Mark mengubah sejumlah kebijakan di Facebook. Salah satunya adalah menandai unggahan yang dianggap melanggar aturan.

Sebelumnya, beberapa merek ternama sudah menyatakan akan menghentikan memasang iklan di Facebook. Baru-baru ini, salah satu merek besar yang melakukannya adalah Unilever.

Setelah Unilever, menyusul merek lain yang juga melakukan hal serupa, yaitu Coca-Cola, Docker, dan juga Levi's yang bergabung dalam boikot tersebut. Sementara Hershey memangkas biaya iklannya di Facebook hingga 33%.

Di sisi lain, menurut laporan Forbes, praktik moderasi konten di platform Facebook sebagai salah satu akar gerakan pemboikotan ini. Gerakan ini juga diikuti oleh National Association for the Advancement of Colored People (NAACP), Color of Change, dan Anti-Defamation League.

Asosiasi menegaskan, bahwa mereka tidak akan mendukung perusahaan yang lebih mengutamakan keuntungan. Selain itu, Mark dan perusahaannya dianggap tidak hanya sekadar lalai, tetapi juga merasa puas dalam penyebaran misinformasi di platformnya.

“Facebook tetap tidak mau mengambil langkah signifikan untuk menghapus propaganda politik dari platformnya," kata Presiden dan CEO di NAACP Derrick Johnson.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2109 seconds (0.1#10.140)